Rabu, 11 April 2012

saya dan esensi yang saya pahami

sebuah goresan sederhana, mengenai apa yang selama ini kita sebut sebagai 'dakwah'.

berdakwah itu bukan eksklusif, tapi inklusif.
sehingga kita bisa menerima semua golongan. kaya, miskin, orang desa, orang kota, dokter, menteri, sarjana, mahasiswa, siswa, tukang becak, pedagang sayur, dsb. pada dasarnya, tidak membedakan objek dakwah kita, mampu bersosialisasi dengan semua golongan.

berdakwah itu bukan menjauh tapi mendekat.
menjadi lebih baik adalah meninggalkan segala hal buruk yang pernah kita lakukan, bukan berarti meninggalkan teman yang dulu selalu bersama-sama kita. menjadi lebih baik bukan berarti kita selalu memperdalam ilmu agama, tapi ternyata kita sendiri lupa, bahwa teman kita pun membutuhkannya. menjadi lebih baik sebaiknya mendekat pada mereka, menyampaikan apa yang kita dapat, dan berbagi. bukan berarti justru menjauh dari mereka dengan alasan takut 'terpengaruh' dan 'kembali' pada kemunkaran itu. justru kitalah yang seharusnya mampu mempengaruhi dan mengajak mereka pada yang ma'ruf.

berdakwah itu tidak membuat pertentangan, tapi memupuk kedamaian.
cara berdakwah yang terlalu 'ekstrem' dan radikal kadang justru membuat mad'u kita menjauh. maka berdakwah dengan jalan damai adalah suatu yang disenangi. berdakwah berarti kita mengajak, namun apabila kita mengajak dengan paksaan bahkan hingga menimbulkan perselisihan, bukankah akan memperburuk citra dakwah itu sendiri? mengajaklah dengan halus, dan tentunya dengan tulus. percayalah bahwa apa yang kita lakukan adalah untuk kebaikan agama kita. untuk kebaikan dan ketentraman seluruh makhluk di semesta ini.

berdakwah itu memegang prinsip, bukan mengatasnamakan prinsip.
berdakwah sejatinya karena Allah semata, untuk kebaikan agama kita. maka, dalam berdakwah kita wajib berpegang pada Al-Qur'an dan Sunnah. dan tentunya ada suatu prinsip yang kita miliki ketika berdakwah. dengan apa kita berdakwah, bagaimana kita berdakwah, sarana apa yang dipelukan untuk dakwah, semua teratur dalam satu prinsip yang kita miliki.
namun prinsip itu buatan manusia. yang pasti ada kurangnya di sana-sini. maka itulah gunanya kita, saling menasihati dan memperbaiki.
tidak mengatasnamakan suatu prinsip untuk berdakwah. bukan karena kita termasuk golongan A maka kita berdakwah. bukan karena kita termasuk pengikut jamaah B maka kita berdakwah. bukan karena kita kader    suatu partai kita berdakwah.
prinsip hanyalah sarana, tatacara, maupun 'bendera' yang kita genggam. yang natinya ketika kita merasa sedikit jenuh, akan ada prinsip yang menjadi tiang penyangga kita, sehingga kekuatan itu tetap ada.

berdakwah itu tidak tergesa-gesa, tapi membutuhkan kesabaran ekstra.
berdakwah tidak semata-mata menjadikan mad'u langsung 'berubah'. berdakwah membutuhkan waktu yang cukup panjang, karena dengan begitulah seorang da'i diuji kesabarannya. kita tidak hanya melihat bagaimana seorang mad'u menjadi 'baik'. tapi kita juga harus mengamati prosesnya, membersamai perjalanannya.
karena sesungguhnya tidak ada 'perubahan' yang instan. semua memiliki proses. pun juga dengan dakwah. ia pun memerlukan proses.

berdakwah tidak semata-mata berbicara, tapi juga merumuskan.
berdakwah tentunya memiliki strategi. strategi atas suatu prinsip yang telah kita genggam tadi. maka sebaiknya sebelum berdakwah,  kita merumuskan apa yang hendak kita sampaikan. merapatkan dan memutuskan strategi apa yang hendak kita tampilkan. sehingga bila orang lain melihat, apa yang kita siapkan ini tidak waton atau ngasal. tapi sungguh-sungguh karena ada rumusan dan analisis. sehingga diharapkan apa yang telah kita berikan sesuai dan mampu diterima oleh mad'u kita.

atas nama dakwah saya tidak bisa mengatakan apapun.
karena saya meragu, apakah yang pernah, sedang, dan akan saya lakukan terhitung dalam langkah dakwah?
tapi atas nama diri saya yang jauh dari sempurna ini, saya akan mencoba.
meminjam kata dari seorang saudara, saya akan mencoba menjadi 'peri-peri keadilan'.
ya, yang kecil namun  memiliki arti.

apa yang saya tulis merupakan sebuah hasil rasa dan esensi yang terkata, yang tentunya teramat sangat subjektif.
mohon maaf sedalam-dalamnya bila ada rangkaian kata yang mungkin sahabat kurang berkenan.
saya meminta kepada sahabat, rekan, saudara, ikhwah fillah, untuk senantiasa mengkritisi dan memberi saran. 

sekali lagi, saya pun ingin lebih memahami, maka mari kita berbagi =)


2 komentar:

  1. jadi keinget tulisanku...

    aku gak negrti tulisan mu nis.. bingung njabarkan nya.. yang akhir"..

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang bagian mana yang ngebingungin ad? mungkin bisa aku benerin biar ga multitafsir gitu

      Hapus