Rabu, 26 Desember 2012

aku menjadi aku


jangan sepertiku,
aku ini terlalu takut untuk berbicara yang sebenarnya
hinggalah semuanya tertahan
menyesakkan
memuakkan

jangan menjadi aku,
menyerah kalah dengan pasrah
dan lelah...
tak berdaya memperjuangkan apapun

janganlah mengikutku,
apalah yang bisa diruntut dari seonggok daging ini
hanya terbuai dengan arus
lupalah pada jalan yang ia ingini sendiri

akupun sudah lelah menjadi aku
sebuah metamorfosa yang kubutuh sekarang

Selasa, 11 Desember 2012

N-SEO 2012: satu mimpi baru


Bismillah..

Seperti janji nisa kemarin, kali ini nisa bakal cerita tentang perjalanan lomba N-SEO 2012 di Surabaya ^^
Jadi awalnya ada pengumuman lomba ekonomi islam nasional yang diadain UNAIR buat tingkat SMA. Seleksinya mulai dari regional, sampai nanti nasional. Berbekal niat iseng dan pengen tau, akhirnya nisa daftar lomba itu. Satu tim dua orang. dan akhirnya satu kelas ada 3 tim yang ikut. Nisa-Shafa, Tiwi-Nabila, Evi-Widy.

Seleksi regional (penyisihan) pake sistem online. Ada 100 soal yang musti di jawab. Jujur aja pas ini jawabnya ngasal semua. Pasalnya, hari itu nisa habis dari mabit yang bener-bener bikin capek, ditambah belum belajar sama sekali. Cuma sekali dua baca e-book tentang ekonomi syariah gitu. Yaudah sih, kami berdua Cuma pasrah aja. Bener-bener nggak ada harapan buat lolos ke Surabaya.

Dan…tanggal 2 November diumumin tuh tim-tim yang lolos ke babak perempat final di Surabaya. Diambil 33 tim terbaik nasional dan 17 tim terbaik regional. Alhamdulillah, kami, tiga kelmpok dari Teladan lolos ke babak perempat final. Dan agak kaget karena kita masuk 10 besar tim terbaik nasional :o alhamdulillaah…

Singkat cerita, tanggal 27 November (sore) kami naik kereta Sancaka tujuan Stasiun Gubeng, Surabaya. *honestly,kalo ga karena lomba ini saya ga bakalan tau di Surabaya ada stasiun namanya ‘Gubeng’*Sampai di Surabaya kira-kira jam 9 malam, kami udah dijemput LO dari panitia. Langsung cus ke penginapan.

Lah, di jalan menuju penginapan ini nih, ada ‘kejadian’ yang ngebuat kami syok. Critanya mas yang nyetir mobil itu salah jalan. Dan ternyata jalan yang kita lewatin ituuuu…. Hiiiy, serem pokoknya. Jalannya kecil, tapi rame. Di kanan-kiri ada salon-salon, tempat pijat, tempat main bilyard, sama cafĂ© kecil-kecil gitu. Udah bisa nebak kan tempat apa itu?

Kaget juga sih. Ternyata dunia malam di kota besar itu bener-bener ngeri. Ternyata berita-berita itu beneran ada ya. Serem banget. Serem. Kami yang di mobil berusaha ngobrol ngalur ngidul supaya nggak ada yang nengok ke jendela. Dan mas yang tadi nyetir juga ngrasa ga enak gitu sama kami. Dia telpon temennya, trus ngomong-ngomong gitu. Pas mas nya telpon kami langsung diem semua. Soalnya takut, mas nya kaya marah gitu. Dan ini semakin menguatkan persepsi kami kalo orang jawa timuran itu agak lebih ‘kasar’.

Sebenernya enggak ‘kasar’ sih ya, tapi mungkin karena kami asli Jogja, dan saya yang asli Solo ini nggak biasa denger orang ngomong pake nada kaya gitu jadi nganggapnya sedikit ‘kasar dan galak’. But, it depends on our perception. Dan ternyata nggak semua orang Surabaya kasar kok. Mas LO kami ternyata sabar dan lembut banget. Sampe kami ngiranya mas LO itu pasti bukan orang Surabaya. Eh ternyata beliau orang Surabaya juga. hehe. Jadi terbukti kalo nggak semua orang Surabaya itu kasar :D

Anggap aja sekarang sudah hari Rabu dan kami sudah duduk manis di Aula ABC Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR. Babak perempat final di mulai setelah dzuhur. Di babak ini kita wajib menyelesaikan 100 soal yang terdiri dari 10 bab; ekonomi mikro, ekonomi makro, akuntansi, aqidah, fiqh muamalah, pengantar ekonomi islam, sejarah ekonomi islam, ekonomi di masa Rasulullah SAW, ZIS, dan pengetahuan umum seputar ekonomi syariah.

Sudah bisa ditebak, saya sama shafa pake metode ‘cap cip cup kembang kuncup’ buat ngerjain soal-soal ini. Tiap 10 nomor cuma di kasih waktu 5 menit. Amazing!

Soal kedua TTS (teka teki syariah). Kami diminta ngisi teka-teki silang yang ada kaitannya dengan ekonomi syari’ah. Di soal ini ada 4 nomer yang gak kami isi gara-gara bingung banget, ga bisa diawur lagi. Dan ternyata jawabannya itu…. -____- well known banget #nyesek

Soal ketiga matematika ekonomi. Kalo bisa di deskripsikan waktu kami liat soalnya nih ya: baca nomer satu, kok kayanya susah ya. yaudah nomer dua dulu. Eh, malah lebih susah. Yaudah nomer tiga dulu. Malah lebih parah ini soalnya. Dan ya, cuma tiga nomor aja guys. Kami berdua saling pandang. Njuk piye iki sing nggarap?? Begitu kira-kira teriakan isi hati kami. Keriting bener deh rasanya. akhirnya, daripada kami ngumpulin kertas kosong, mulailah mencoret-coret bualan indah berupa angka-angka yang entah itu di dapat darimana. Kurva nya pun bener-bener kacau tingkat dewa.

Move on ke soal ketiga. Yang ini lumayan mudah sih. Kami diminta memberi pernyataan benar/salah dari 
statement yang di berikan. Sekaligus ngasih alasan-alasan kenapa benar/salah.

Jreng… babak perempat final selesaaaai. Otak udah kaya dilinting-linting. Muka udah kusut macam baju belum di setrika. Hancur banget deh. Cuma bisa berdoa aja semoga bisa lanjut ke babak semifinal, walaupun kemungkinannya kecil.

Singkat cerita (lagi) sekarang udah hari Kamis. Saatnya pengumuman peserta yang lolos ke babak semifinal berupa brainstorming . deg-deg an banget, walaupun kayanya udah ga mungkin. Dan doa kami pun terjawab setelah melihat tiga tim dari Teladan yang Alhamdulillah semua terpampang di slide itu. Kami masuk 15 besar babak semifinal. Alhamdulillah… J

Buat temen-temen yang ga lolos ke semifinal, diajakin jalan-jalan ke Tugu Pahlawan. Aaa pengen jugaaa :3

Langsung saja babak semifinal di mulai. Kami di bagi jadi tiga kelompok. Masuk ke ruangan macam ruang sidang gitu. Masing-masing kelompok di beri satu soal problem case dan diminta memberikan jawaban. Soal-soalnya tentang akad-akad ribawi yang terjadi di masyarakat. Nah kalau kelompok itu sudah mengungkapkan jawabannya, kelompok lain boleh menanggapi, mendukung, atau menolak pendapatnya.

Well, menurut saya ini babak paling seru sekaligus paling susah. Dan seperti dugaan kami, kami nggak lolos ke Grand Final :’) tak apa, sampai disini saja sudah amat sangat bersyukur. Dari 510 peserta, kami bisa menjadi 15 besarnya, itu sudah luar biasa J

Hadiah-hadiah yang di berikan itu nggak sebanding dengan pengalaman yang kami dapatkan. Jujur aja, kalau nggak karena lomba ini, nggak akan kami belajar ekonomi syariah kan? Dan ini nilai plus nya. kami bisa mempelajari salah satu pilar penyangga terkuat di dunia ini. Economy. Dan bukan itu saja, yang kami pelajari adalah ekonomi yang berdasar pada Al-Qur’an dan Sunnah. Sistem ekonomi yang diajarkan Nabi dan sahabat-sahabatnya. Sistem ekonomi yang tidak mengntungkan satu belah pihak saja. Sistem ekonomi yang bertujuan falah, yakni kesejahteraan seluruh umat manusia J

Terimakasih yang sebesarnya kami ucapkan pada panitia N-SEO UNAIR yang telah menyelenggarakan acara ini. Pada panitia yang kami kenal: Mas Billy dan Mas Yeano sebagai LO yang paling baik :D, Mas Affan dan Mba Ayu yang membuat soal-soal, Mba Rena dan mba-mba lain yang sudah asyik mengajak kami mengobrol, terimakasih J

Dan, entah kenapa, tiba-tiba saya ingin berada di tempat ini tahun depan. Bukan sebagai peserta, tapi sebagia panitianya. Sebagai salah seorang dari calon-calon ekonom rabbani dari Indonesia J

Menunggu keputusan dan petunjuk-Mu ya Allah.. :’)

Senin, 10 Desember 2012

preparing

bismillah..

well, long time no see ya my blogie <3 div="div">
alhamdulillah, ini sudah tanggal 11 Desember 2012. around 3 weeks remain to face 2013 :)

akhir november nisa habis dari Surabaya. ikutan lomba N-SEO (National Sharia Economics Olympiad) yang diadain UNAIR. it was amazing!
next time nisa cerita detailnya kaya gimana ;)

awal desember, tepat setelah pulang dari Surabaya, UAS menyapa. alhamdulillah sekarang udah selesai. tinggal nunggu hasilnya. *no remed pleasee... 

sekarang, sedang mempersiapkan banyak hal. untuk masa depan tentunya. masa depan apa ya? hmm, semuanya :)
persiapan hati an mental tentunya yanglebih sulit. perlu meyakinkan diri banyak-banyak, diri ini sebenarnya mau jadi apa nanti? mau berkontribusi  apa nanti? mau mengambil peran apa untuk dunia ini? 
berpikir, bertanya, berdo'a.
memohon pada Allah banyak-banyak supaya ditunjukkan mana yang terbaik untuk dunia dan akhirat nanti.
supaya langkah yang nisa ambil tidak keluar dari jalan-Nya :')

Selasa, 20 November 2012

mungkin!


Mungkinkah?

Serdadu-serdadu itu melengah kalah
Peluru-peluru itu tertunduk pasrah

Mungkinkah?

Benteng-benteng itu serata tanah
Tameng-tameng itu rubuh melemah

Mungkinkah?

Mungkin!
Selama doa mengalir ke ujung sajadah
Selama pinta tetap mengulum tabah

*Salam Jihad untuk saudara-saudara di Palestina, Suriah, dan dimanapun engkau yang berjuang menegakkan agama-Nya. sungguh aku pun merindu untuk berjumpa dengan syahid seperti kalian :)

Kamis, 15 November 2012

so would you let me be (?)


we’ve get along together
i should have known
you’re the best that i can love
till now it’s hard for me to face it
why didn’t we meet each other soon
i left them all behind you, only for you
would you believe me
i put my trust on you
but deep inside i realize
that i can’t, no i can’t
they were all my brother
my cry and happiness
*
so would you let me be myself
reach all my my dreams and hopes
i know you’ve known me better
i know you love me, you do
your eyes says more than anything
that really means to me
so darling would you now
would you set me free
"So Would You Let Me be" by D'Cinnamons

Selasa, 13 November 2012

please

please don't be in love with someone else
please don't have somebody waiting on you

Enchanted by Talor Swift

*gara-gara pelajaran Agama ngomongin munakahat nih, jadi pengen nulis ini buat my future husband. hweheheh :p

Rabu, 07 November 2012

Azalea

Assalamu'alaikum..

Ciyeee nama baru ciyeee :p
Hehe, iya nih, nisa lagi pengen ganti nama blog ini. setelah muter-muter akhirnya nemu nama, "azalea".
Udah pada nggak asing ya pasti sama nama azalea?
Yap, azalea itu nama pohon bunga yang tumbuh di kawasan Asia Timur sama Amerika (lupa amerika selatan ato utara :D pokoknya gitu lah)

Buat nisa yang nggak pernah secara langsung lihat bunga itu, azalea jadi semacam pemantik buat suatu saat nanti, nisa harus bisa menginjakkan kaki dimana akar azalea itu menancap, hehe :D

Ya intinya begitulah seputar ganti nama ini.

Eniwei sekarang nisa lagi agak sibuk jadi belum sempet update lagi. Oiya, sebenernya sih biar lebih bermanfaat, blog ini mau dibuatkan jadwal.
Yang sementara ada di pikiran nisa sih ini:
1. Pekan pertama nulis artikel (bisa artikel islam atau apa aja)
2. Pekan kedua nulis opini (ini biar lebih meningkatkan skill dalam memberi tanggapan, hehe :D)
3. Pekan ketiga ajang berkarya. Posting cerpen atau puisi gitu. (meningkatkan produktivitas euy!)
4. Dan yang pekan terakhir ini untuk cuap-cuap penulis blog. Hehehe :D

Itu baru rencana sih. Tapi suatu saat nanti isa pengen banget bisa terealisasikan. mungkin karena sekarang udah kelas XII jadi lebih meluangkan banyak waktu buat belajar. Hwehehe (alibi :D)

Oke, sudah dulu ya, mauada aktivitas lain setelah ini. Sayonara my new blogie ;) *alay dikit ah :p


ini dia bunga azalea 

cantik ya? mirip sakura

suatu saat, harus bisa memotret ini dengan tangan sendiri :)



Kamis, 01 November 2012

Persinggahan Terakhir #end


Aku sampai. Di sebuah ramai perempatan kota. Tepat di sudut perempatan itu terpampang baliho-baliho besar. Mengiklankan produk-produk elektronik terbaru, restoran yang baru dibuka, hingga acara panggung artis papan atas di klub-klub malam.
Kini aku berdiri tepat di bawah tiang baliho. Di seberangku ada jalan dengan banyaknya mobil-mobil mewah berlalu-lalang. Kemudian aku melihat pemandangan di depanku, pemandangan di balik panggung baliho ini. Jalan setapak yang becek terkena hujan menuju ke sebuah perkampungan kecil di bawah jalan raya itu. Seperti biasa, aku menuruni jalan kecil itu perlahan. Tiba-tiba ada seorang anak kecil mengambil payung dari tanganku.
“Sini Kak Dei, biar Asep bantu bawa payungnya,” kata bocah keriting dengan badan kurus bernama Asep itu.
“Terima kasih Asep,” balasku sambil tersenyum lembut.
Kami sampai di perkampungan sangat sederhana ini. Jangan bayangkan rumah dengan tembok dan penerangannya yang memadai. Kamar mandi saja, mereka harus menumpang di terminal maupun SPBU-SPBU terdekat. Rumahnya beratap daun kering yang disusun bertumpuk. Tiangnya dari sisa-sisa kayu yang tidak terpakai. Sedang alasnya dari kardus-kardus bekas. Orang lain tidak akan bisa membayangkan, bagaimana jadinya rumah kardus ini bila hujan deras mengguyur dari pagi hingga sore.
Tetapi mereka bisa.
“Kak Dei, lihat deh, sekarang kita bikin rumah pohon, jadi kalau hujan begini, kita bisa sembunyi di atas pohon,” kini seorang gadis kecil bersuara dari atas pohon.
“Hati-hati Ta, kalau anginnya kencang bahaya lho,” seruku dari bawah.
“Tenang aja Kak Dei, ini teknologi baru, rumah pohon anti badai tornado, hehehe,” jawab Tata sambil terkekeh, teman-temannya yang lain tertawa.
“Tata sama temen-temen di atas turun dulu yuk, udah mau malem lho,” kataku membujuk.
“Ah, nggak mau Kak Dei, dibawah gelap, kalau di atas begini bisa lihat lampu juga lho,” ujar Tata yang masih ngeyel tidak mau turun.
“Yaudah deh kalo gitu nanti jatah makan malam Tata untuk Juno, Asep, Anto, dan yang lainnya ya,” aku sedikit menggunakan taktik jituku. Mengiming-imingi mereka dengan jatah makan malam yang jarang mereka dapatkan denagn layak.
“Tata mau makan Kak Dei, mauuu. Tata turun deh kalo gitu. Temen-temen ayo turun, kita mau di traktir Kak Dei lho,” seru Tata bersemangat. Aku tersenyum simpul, geleng-geleng kepala melihat anak-anak kecil yang ramai turun dari rumah pohonnya.
 “Karena masih gerimis, kita mampir ke musholla dulu yuk,” kataku sambil mulai melangkah bersama anak-anak kecil ini.
Baru beberapa langkah tiba-tiba seorang pria paruh baya keluar. “Heh, mau kemana kamu Asep? Kerja lagi nanti kalau hujannya sudah reda, jangan ngeloyor terus!”
“Asep pergi sama Kak Dei, Pak,” jawab Asep takut-takut, bersembunyi di balik jaketku. Aku berinisiatif menemui bapak Asep.
“Assalamu’alaikum Pak, ini Dei. Maaf Pak, saya cuma mau ngajak adek-adek ke musholla sebentar, kasian mereka kehujanan disini. Nanti saya antar mereka kembali kok Pak,” kataku setenang mungkin.
Tiba-tiba muncul seorang ibu-ibu sedang menggendong bayi. Ibunya Siti. Kemudian berkata, “Oalaah, Mbak Dei tho iki. Wis, rapopo Mbak Dei, diajak wae si Siti sama temen-temennya, aku juga lagi repot iki, daripada mereka malah ribut terus. Iki lho Pakdhe sing jenenge Mbak Dei, sing biasane ngasih nasi bungkus buat kita itu,” kata Ibunya Siti kepadaku kemudian pada Bapak Asep.
Aku hanya tersenyum sebentar, kemudian menunggu bapak Asep mengangguk. Akhirnya bapak Asep mengizinkan kami untuk pergi.
Kami melanjutkan perjalanan kembali. Tujuan kali ini adalah musholla kecil di seberang jalan raya. Belum lama setiba kami di musholla, adzan Maghrib terdengar. Aku mengajak anak-anak untuk sholat.
“Ah, Siti udah lupa bacaan salat, Kak Dei. Ibu nggak pernah salat sih,” kata Siti.
“Iya Kak Dei, Tata sama yang lain juga udah lupa,” tutur Tata. Disambut tanda setuju dari teman-temannya. Aku tersenyum mengerti, kemudian berkata,
“Sekarang, dicoba lagi ya. Ambil air wudhu, trus kita sholat bareng-bareng di dalem. Kalau lupa bacaannya, dengerin imamnya dulu, insyaAllah besok Kak Dei ingetin lagi deh bacaannya. Oke?”
“Asep nunggu diluar aja deh Kak Dei, malu, bajunya asep kan kotor, nggak seperti orang-orang itu,” tukas Asep.
“Asep, Allah nggak liat bajunya Asep. Yang Allah lihat itu, gimana Asep sholatnya nanti. Yang Allah denger itu bukan pujian baju bagusnya Asep, tapi doanya Asep. Nah, sekalian aja nanti Asep minta sama Allah untuk dikasih baju baru. Ya?”
Asep terdiam sejenak. Teman-temannya juga. Kemudian mengangguk kecil. Teman-temannya yang lain segera megikuti. Mereka akhirnya berwudhu, terlepas dari wudhu yang “ala kadar”nya saja.
Kini tinggal rintik gerimis kecil. Langit pun mulai gelap. Lampu-lampu penerangan jalanan sudah menyala sejak tadi. Mentari berganti bohlam-bohlam listrik. Trotoar jalanan mulai ramai oleh pedagang kaki lima. Dan kini kami singgah di sebuah warung makan setelah sholat Maghrib berjamaah. Asep dan teman-temannya terlihat ceria sekali melihat makanan terhampar di depannya. Segera ia memasukkan sesuap nasi ke mulutnya. Aku menghentikan gerakan sendoknya sejenak.
“Hayoo, udah pada baca doa belum? Baca doa dulu yuk, biar Allah besok masih memberi kita makanan lagi. Ada yang mau mimpin baca doa?” aku melirik pada anak-anak lugu di depanku satu-persatu.
“Hmmm..pada lupa ya doanya. Yaudah Kak Dei aja dulu deh yang mimpin, lain kali gantian adek-adek ya..,” kataku sambil menatap mereka. “Ikutin doa Kak Dei ya Adek-adek. Allahumma baariklanaa fiima rozaqtanaa waqinaa adzaabannaar…aamiin.”
Aku kehilangan selera makan. Entah mengapa melihat wajah-wajah lugu mereka yang sedang makan sudah membuatku kenyang. Ah, andai saja… Tiba-tiba aku teringat dengan proposal yang masih tersisa di ranselku. Aku tau aku tidak boleh menyerah. Seperti mereka yang tidak menyerah dengan keadaan mereka pula.
“Akhirnya kita bisa makan ya, gara-gara hujan seharian kita batal ngamen dan nggak dapet duit sama sekali,” celetuk Agus sambil sedikit mendengus kesal.
“Iya, untung Kak Dei dateng, trus ngajakin kita makan, hehe,” Siti melirik ke arahku. Aku tersenyum saja mendengar celoteh-celoteh mereka.
Tiba-tiba Asep yang duduk di sampingku menarik jilbabku lembut. Aku menoleh ke arahnya, dan dia berbisik di telingaku, “Kak Dei, boleh minta bungkusin nasi untuk bapak di rumah?”
Aku tersenyum, “Iya, boleh kok. Sekalian buat yang lain ya, coba Asep hitung yang belum makan siapa, nanti kita bungkusin. Oke?”
Asep terlihat cerah wajahnya, “Makasih Kak.”
Setelah aku membayar semua bungkus nasi dengan hasil tabungan dan sumbangan dari mama, saatnya kami pulang. Beramai-ramai kami menyusuri trotoar yang sesak oleh pedagang. Kemudian menyeberang jalan raya untuk sampai di “rumah” mereka.
“Pak, ada makan Pak, dari Kak Dei,” kata Asep kepada bapaknya. Bapak Asep melihat bungkus nasi itu sebentar, kemudian mengambilnya, lalu masuk lagi ke dalam kemah kardus itu. Asep menyusul bapaknya ke dalam. Demikian juga dengan anak-anak yang lain, segera mencari orang tuanya masing-masing. Mereka yang tidak punya orang tua berkumpul bersama, bermain, dan bercanda sekedar untuk melupakan kesedihan mereka.
Aku lekas pamit pada anak-anak itu dan juga orangtuanya. Saat hendak pergi, Asep dan Agus mengejarku.
“Bapak bilang makasih Kak Dei. Kata Bapak, kalo besok kesini lagi, Kak Dei bawa presiden ya, biar kita dibuatkan rumah yang nggak usah ganti-ganti kardus tiap hari,” Asep berujar polos. Aku tertegun. Ya Allah..
“Kak Dei, kita anterin pulang ya. Kata bapak sama ibu kita harus jagain Kak Dei sampai rumah, soalnya ini udah malem. Bapak sama ibu udah ngasih izin kok, dan kita pasti bisa jaga diri. Kan kalo Kak Dei nggak bisa berantem, hehe,” Agus terkekeh.
Aku memandangi mereka, merangkul pundak mereka yang kurus, mengusap lembut rambut keduanya. Gerimis mereda, berganti air mataku yang kini menggenang di pelupuk mata. Aku pura-pura mendongak ke atas, agar air mataku tak terlihat oleh mereka. Wahai gelapnya langit, saksikanlah..
Sesampainya di rumah, mama menyambutku di ruang tamu. Mama tersenyum, segera aku memeluknya.
“Capek Dei?” tanya Mama sembari mengusap kepalaku yang masih terbalut jilbab.
“Belum Ma, tidak akan… Sampai Dei bisa menyaksikan mereka mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan.”
Aku terkantuk hingga akhirnya terlelap di pangkuan Mama. Mama memang selalu menjadi tempat persinggahan pertama dan terakhir. Dan aku, ingin menjadi tempat persinggahan pula untuk anak-anak kecil itu, calon generasi penerus yang akan mengubah negri ini.
***
            Masih tersisa satu lagi proposal di ranselku. Berharap siapapun dapat mengabulkan permohonan ini. Tidak perlu mahal, tidak perlu mewah. Sederhana saja, sesederhana permintaan tulus dari mereka, akan sebuah jaminan kehidupan yang lebih layak dan memadai.
“Proposal Permohonan Dana. Rumah Singgah Anak Jalanan”

Persinggahan Terakhir #1



Sepucuk daun cemara meliuk-liuk mengikuti rayuan angin. Deras hujan masih mengguyur dari pagi hingga sore kini. Aku melihat bulir-bulir hujan jatuh mengenai jendela kaca di sampingku, perlahan tetesan itu turun, menyapu lembut permukaan kaca, hingga berujung pada kusen jendela. Tanpa sadar jari telunjukku menempel pada kaca, mengikuti tetes-tetes itu menari, membentuk formasi yang aku sendiri tidak tahu apa bentuknya.
Aku masih diam mengamati hujan dari balik kaca jendela. Secangkir white coffee yang aku pesan sepertinya sudah mulai dingin.  Ibu jari dan telunjuk tangan kananku kini sudah melingkari gagang cangkir, sedang jari telunjuk kiriku menari berputar di bibir cangkir putih itu. 

“Heh, ngelamun aja.”
Aku tersentak, kaget. Kemudian menarik tanganku dan akhirnya berhadapan dengan perempuan manis di depanku.
“Eh, Mbak Shofi ngagetin aja nih. Apa kabar Mbak?” tanyaku sembari berjabat tangan dengan perempuan seperempat abad itu.
“Baik. Kamu? Maaf ya telat, kamu udah nunggu lama ya tadi?”
“Alhamdulillah baik Mbak. Ah, nggak juga kok Mbak,” jawabku sedikit berbohong. Sejujurnya, sudah satu setengah jam lebih aku menunggu dari jam yang telah kami sepakati kemarin.
“Tadi Mbak masih ada kerjaan Dei, jadi baru bisa kesini sekarang. Ini Mbak juga nggak bisa lama ya, soalnya habis ini masih ada acara lain. Gimana?” kata Mbak Shofi merasa tidak enak.
“Nggak apa kok Mbak. Dei cuma mau tanya aja, kira-kira gimana ya Mbak, sama proposal permohonan dana dari Dei kemarin?”
Mbak Shofi terlihat menghela napas sejenak, kemudian menggenggam tanganku. “Mbak minta maaf Dei, Mbak sudah mengusahakan semampu Mbak untuk bilang pada atasan Mbak. Tapi sepertinya pengeluaran kantor juga sedang banyak, jadi belum bisa menerima proposal kamu.”
Aku tersenyum getir. “Jadi begitu ya Mbak, yaudah Mbak, nggak apa kok. InsyaAllah masih ada jalan lain.”
Mbak Shofi sepertinya masih terlihat tidak enak padaku. Kemudian mengambil sebuah kartu nama dari dompetnya, dan menjulurkannya padaku.
“Ini Dei, coba kamu masukin juga proposalnya ke alamat yang ditulis di kartu nama ini. Kebetulan orang yang menjalankan perusahaan itu salah satu temen Mbak, siapa tau dia mau bantu kamu.”
Aku menerimanya canggung, melihat ke Mbak Shofi sebentar, kemudian tersenyum dan berkata, “terima kasih banyak Mbak.”
Tak lama setelah aku menerima kartu nama itu, Mbak Shofi segera pamit. Ia menawariku untuk pulang bersamanya, tapi aku menolaknya halus. Setelah ini masih ada tempat yang harus aku kunjungi.


(bersambung)

Senin, 10 September 2012

ini tentang rindu #1

1 September 2012

Baru seminggu di kos, dan rasanya sudah rindu rumah. Alhamdulillah, rindu itu terjawab dengan telepon dari mama pada Jum’at malam. Mama bilang, besok Ahad mau ada acara di rumah. Dan dengan segenap kerelaan hati aku menyanggupi untuk pulang walaupun hanya sebentar. Sabtu malam sampai, ahad pagi balik lagi ke Jogja. Karna siangnya sudah ada acara lagi. Fyuuuh~ *ngelap dahi

Beruntung sekali dua jam pelajaran terakhir, yakni PKn kosong. Akhirnya bisa pulang ke kos dan menyiapkan perbekalan, yang aslinya cuma satu tas ransel berisi mushaf, novel, dompet, handphone, dan sebotol air minum.

Ba’da ashar berangkat ke Stasiun Tugu dengan “Beat” merah kesayanganku. Menitipkan motor, antri tiket, dan menunggu. Jarum pendek di tangan kiriku menunjukkan angka tiga, sedang jarum panjangnya ada di angka empat. 15.20. Sedang keretaku berangkat jam 16.15. Kurang  lebih satu jam aku menunggu.

Rupanya si Prameks Kuning itu ingin menguji kesabaranku. Pukul 16.15 tepat, ia tak datang juga. Kepalaku dan penumpang lainnya melongok-longok ke ujung rel kereta api, menantikan gerbong kuning terlihat. Baru sekitar pukul 16.30 si Kuning datang. Aku pun masuk ke gerbong yang berada pas di depanku. Penuh, sesak sekali. Berdiri saja susah, apalagi duduk. Beginilah nasib pelanggan setia prameks, bertaun-taun naik prameks, kesempatan dapet tempat duduk dan duduk dengan nyaman di kereta bisa dihitung jari. Fyuuuh~

Tidak hanya ini, entah karena kendala apa, si Prameks ini berhenti lama sekali di Stasiun Tugu dan Lempuyangan. Kurang lebih jam 17.00 barulah kereta meninggalkan wilayah Jogja, menuju Stasiun Maguwo, Klaten, baru kemudian Purwosari, tujuanku.

Sampai di Maguwo kira2 jam 17.15, papa sms kalau sudah di stasiun Purwosari, menjemputku. Jadi merasa bersalah sama papa, membuat papa menunggu lama sekali disana. Dan benar saja, kereta yang kutumpangi baru sampai Purwosari kira-kira pukul 18.00. segera aku keluar tergesa menghampiri papa. Alhamdulillah, senang rasanya bertemu papa lagi. Segera aku naik dalam boncengannya. Tidak seperti biasa yang kalau dibonceng papa selalu duduk menyamping, kali ini aku melangkahkan kakiku melewati jok motor. Capek juga rasanya berdiri di kereta yang penuh sesak hampir satu jam.

Kecepatan mengendarai motor papa yang diatas rata-rata membuatku melingkarkan tanganku pada pinggang kurus papa. Aku mendekap pinggang papa erat, antara takut dan rindu. Dengan badan yang sedikit lelah, aku menempelkan kepalaku pada pundak papa. Pundak laki-laki nomor satu-ku di dunia.

Lain waktu akan kuceritakan tentang papa, sosok paling dekat yang sangat menginspirasiku. Sosok laki-laki yang paling aku cintai dimanapun dan kapanpun.
Tapi kali ini aku harus membantu mama dulu di dapur, menyiapkan makanan untuk acara besok pagi.

Selamat malam, semoga besok Allah masih mengizinkan kita bertemu lagi. Amiin J

Senin, 27 Agustus 2012

seperti biasa


Seperti biasa aku berlari didalam gerbong
Mencari-cari tempat duduk yang tersisa
Tapi seperti biasa tempat duduk itu selalu penuh
Ah, tak apa, aku bisa bersandar pada tiang di samping pintu,
seperti biasa

Seperti biasa pula ketika kereta mulai berjalan
Pintu yang sebagiannya terbuat dari kaca itu,
pemandangan diluarnya begitu menakjubkan

Melihat sawah-sawah yang seolah berjalan
Pohon-pohon yang seakan melambai
Dan capung-capung yang seperti menari

Mungkin bagimu itu biasa, kawan
Tapi bagiku seolah kembali pada hamparan masa kecilku
Ketika masih belepotan lumpur di sawah yang baru ditanam
Ketika mengejar capung, kupu, hingga layang-layang
Pun ketika memanjat pohon buah jambu yang masak

Mungkin bagimu itu sederhana, kawan
Tapi bagiku itulah harta karun
Karena bagaimanapun aku berusaha mengingatnya,
semuanya itu tidak akan pernah kembali lagi

Seberapa inginnya aku kembali pada masa itu
Tidaklah mugkin
Seperti biasa, hanya menyimpannya pada kotak kayu tuaku

Seperti biasa, ketika sedang asyik bermain dengan masa lampau
Peluit kereta api mengganggu
Menyuruhku untuk segera keluar
Meninggalkan satu lagi cerita, yang akan selalu sama




Jumat, 10 Agustus 2012

sampai aku lelah


apa yang salah dengan menunggu
apabila menungguku itu untukmu
apa yang salah dengan mengagumi
apabila yang kukagumi itu dirimu

meski aku dari golongan Sudra yang lemah
meski aku dari bangsa Veddoid yang terkucil

maafkan aku
tapi aku sudah telanjur menunggumu begitu lama
dan mengagumimu begitu dalam
maka kuminta izinmu
untuk menunggumu lagi selama mungkin
dan mengagumi sedalam mungkin
sampai aku lelah..


dari sini saja



kau tau rasanya mengagumi dalam diam, tuan?
berusaha menyimpannya sedalam-dalam hati
tanpa memberitahukannya pada sang otak
karena.. jika saja sang otak tahu,
barang sedetikpun ia tak akan pernah berhenti memikirkanmu

bahkan aku hanya sanggup sekedar mengagumimu, tuan..
mengagumimu tapi tidak untuk mencintaimu
sedalam apapun kekagumanku terhadapmu
itu tidak akan berbuah mesra, tuan
karena…kau berada jauh dalam jangkauanku
dan aku, tidak cukup sanggup untuk melewati dinding pemisah ini
maka biarkan aku mengagumimu dari sini saja, tuan..
dari sini saja, itu sudah cukup…

Rabu, 18 Juli 2012

di penghujung 17

detik-detik terakhir di ujung angka 17 :)

ingin sedikit bermuhasabah saja. rasa-rasanya telah banyak yang terlewat di sisa-sisa kekanakan dan keremajaanku. melewati banyak petualangan yang begitu berharga. melewati banyak masa yang berat, tapi juga menghampiri berbagai gubuk gembira.

satu tahun terakhir ini begitu disibukkan dengan kegiatan organisasi dan kepanitiaan di sekolah. sampai kadang-kadang lupa dengan kewajiban utama (baca: belajar). tapi sebenarnya dibanding teman-teman lainnya, tugasku cukup ringan kok. ya, aku mencoba menganggapnya ringan, tapi tidak membuatnya ringan. u get it? 

beberapa hal yang ingin aku koreksi dari diriku sendiri:

1. emosional.
well, i admit it. terkadang mengendalikan emosi itu banyak susahnya. alhasil kata-kata yang nyelekit bin ga enak sering keluar. jadi sering merasa bersalah setiap selesai syuro di basecamp #eh. pernah juga dikatain galak tuh sama mereka, tapi ya mau gimana lagi, kadang kalo lagi bener-bener badmood ditambah urusannya ga jelas, ditambah orang-orang pada diem aja, uh, rasanya pengen gigit bantal. *tuh kan malah emosi. 
jadi, sekarang nisa harus bisa mengendalikan emosi, belajar jadi orang yang bijaksana :) inget, udah tua, marah bikin tambah tua *langsung ngaca*

2. (sok) perfeksionis
bukan dalam hal nilai tapi. terjadi perbedaan kalo dalam hal nilai, haha. perfeksionis ini bisa dari segi penampilan *ehem* dan merembet ke hal-hal lainnya. for example, eumm i admit (again) i do heart fashion. akibatnya, seringkali menghabiskan waktu sia-sia untuk mengobrak-abrik lemari demi untuk pergi ke suatu tempat. FYI, the reason i'm doing all this crazy thing isn't because of someone or anything. i just, like to do that. i just want to look at myself. bukan berarti narsisme juga. Allah is beautiful and loves beautiful, right?
tapi, masih ada batansannya juga. syar'i, dan tidak tabarruj berlebihan.

merembet ke hal-hal lain, seperti merencanakan sesuatu. misalnya, dalam hal shopping. well, dulu jaman SMP emang demen banget tuh ke mall. tapi, untuk tujuan yang jelas. misal nyari sepatu, tas, belanja, atau nonton sekalipun. sampai sekarang pun gitu. harus jelas ke mall itu mau beli apa. harus jelas berapa duit yang dibutuhin. harus jelas berapa waktu yang perlu dihabisin.*tapi kadang kalo lagi ada promo/sale, jangan dilewatkan. kesempatan tidak datang dua kali, haha

juga dalam hal melihat 'sesuatu'. seringkali yang terucap "ini tuh harusnya gini" "enggak, ini harusnya gitu" "eh, bukannya bagusan gini ya" "emm itu nanti bisa berefek samping negatif" dan sederet kata-kata lainnya.
well, ini bikin orang kesel banget, aku yakin itu. alhamdulillah untuk hal ini sudah bisa menahan :)

jadi, mulai sekarang harus jadi sesosok yang disiplin. yang jadi teladan buat orang lain :)

3. suka mengeluh
mending gitu ya ngadu sama Allah. lah ini sukanya ngeluh-ngeluh di depan pintu kos, pusing ini pusing itu, malah kerjaannya ngeluuh terus. jadi mulai sekarang harus bisa jadi akhwat yang kuat, tangguh, nggak pernah ngeluh lagi. usahakan, kata-kata yang keluar itu doa, dzikir, dan yang baik-baik. biar lisannya nggak capek terus dibuat ngeluh. biar jadi saksi kalo lisan ini juga pernah dipake untuk berkata hal yang baik dan bermanfaat

masih banyak, masih banyak hal yang perlu diperbaiki. masih banyak hal yang perlu dikoreksi dan dibenarkan. 

mulai sekarang, harus mulai rajin. rajin belajar dan berdoa tentunya, karna udah kelas XII. semakin sering bangun malam, sujud yang panjang. semakin sering menahan hawa nafsu dan lapar di waktu-waktu yang disunnahkan. semakin sering menyisihkan sebagian isi kantong untuk mereka yang membutuhkan. semakin sering mengunjungi majelis-majelis ilmu. semakin sering belajar, belajar, dan belajar. belajar mengenai apapun. 

belajar untuk menjadi sosok yang hebat. sosok akhwat yang disiplin. akhwat yang kuat. akhwat yang tangguh. akhwat yang cerdas. akhwat yang bijaksana. tapi tidak pernah lupa, bahwa akhwat sejatinya sesosok yang anggun dan lembut. sesosok yang tegas dan lugas. sesosok yang disegani dan tidak dilecehkan.

belajar untuk menjadi hambanya yang ikhlas. yang senantiasa sabar dalam lapang maupun sempit. yang rendah hati dan qana'ah. yang itqan dalam segala urusannya. yang konsisten dan bersungguh-sungguh. yang pantang menyerah dan tahan banting. yang sederhana dan selalu mensyukuri nikmat-Nya. 

ya Rabb... ampunilah segala dosa hamba ya Rabb.. jagalah hamba dari segala perbuatan dosa. jagalah hamba dari segala kesia-siaan..
semakin dekat hamba dengan masa yang telah Engkau tentukan itu ya Allah.. terimakasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan. terimakasih atas segala kesempatan dan kemudahan yang Engkau berikan. terimakasih untuk skenario terindah yang Engkau persiapkan bagi hamba. izinkan hamba untuk menanti skenario itu hingga habis masanya ya Allah.. 
aamiin... :')



Sabtu, 30 Juni 2012

1 bulan terakhir


Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Assalamu’alaikuuuum ^^ Alhamdulillah akhirnya bisa berjumpa dalam kata lagi ;)

Well, banyak banget ‘petualangan-petualangan’ yang akhir-akhir ini mengunjungiku. Mulai dari euforia UKK, trus ada TT, ada PTB, trus juga adekku masuk rumah sakit gara-gara operasi usus buntu, dll. Pokoknya banyak lah.

Mulai dari UKK, emm.. sejujurnya tidak terlalu berharap banyak sih. But I swear, I did my best. Sebenernya semester ini menentukan jalur undangan juga. Pasalnya, kalo sampe nilai-nilaiku turun dari semester lalu, otomatis bakal sulit banget dapet kesempatan buat dapet jalur undangan untuk SNMPTN 2013 besok. Apapun yang terjadi, sedang mencoba untuk ikhlas dan qona’ah, Allah sudah menyiapkan scenario terbaiknya untukku J

Lanjut ke TT sama PTB. Ini dua dari lima program umum di sekolah. Kalo yang TT (Tutup Tahun) semacam pensi gitu. Kemarin bintang tamunya Netral sama band-band indie gitu, tempatnya di Mandala Krida. Well, aku ga bisa dateng karena pas itu masih di Solo nemenin si Latif di rumah sakit.

And, PTB (Perkemahan Teladan Bakti) di Gunung Kidul, tepatnya di dusun Teguhan. Kecamatannya kagak tahu, coba tanya pada sang ketua @brondongsarap . sebenernya namanya PTB ini panjang banget loh, PTB WDP 27 aliasPerkemahan Teladan Bakti Wira Dharma Pertiwi 27. Jangan tanya apa artinya, aku sendiri juga ga tau -______-

Di PTB ini, kita semacam melakukan ‘bakti’ pada desa binaan. Yaa kalo di kuliah semacam KKN gitu, tapi ini lebih singkat. Pesertanya kelas X dan XI. Peserta dibagi jadi beberapa spectrum, nah tiap spectrum punya bakti yang berbeda sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Ada spectrum Kesenian, Kreativitas, Science, Lingkungan, Sosial, Rohis, Rohkath dan Rohkris. Dan berita baiknya aku jadi sie konsumsi Rohis. It means selama tiga hari aku dan 7 teman konsum rohis lainnya di ‘pingit’ di depan tungku. Geeezzzz

Adaaaa aja ulahnya anak-anak konsum itu. Bikin ngakak terus. Itung-itung hiburan, dari jam 3 pagi sampe jam 1 siang di depan tungku, istirahat bentar trus habis ashar udah mulai masak lagi sampai malem seklaian nyiapin bahan buat besok paginya. Oh Allah, bener-bener merasa jadi ibu rumah tangga yang baik gitu deh, gimana nggak, masakin buat 67 orang buuuu. Baru kali ini nyiapin bumbu nasi goreng sendiri, buat 67 orang, dengan harap-harap cemas gak ada yang sakit perut habis makan masakan sie konsumsi.

Alhamdulillah, 3 hari 2 malam berjalan dengan lancar, dan akhirnya Sabtu sore kita sampai di Jogja dengan selamat J

Oya, trus hari Ahadnya tanggal 24 Juni ada Konser Amal dan Tabligh Akbar untuk Palestina yang diselenggarain sama KNRP (Komisi Nasional untuk Rakyat Palestina). Tempatnya di Sasana Amongrogo, dari mulai jam 8 pagi sampe 12 siang. Bintang tamunya ada Opick, Fathul Jihad, Al-Ghifari, Justice Voice, sama ada Drama Kolosal dari TKIT Salman Al-Farisi, ada atraksi juga dan yang pasti ada Syaikh Shady Abu Uwaimir yang asalnya dari Palestine :o

Kebetulan diminta jadi among tamu di acara itu, jadi pagi-pagi jam setengah 7 udah di tempat buat briefing dan sebagainya. Acara pertama dimulai dari drama TKIT Salman Al-Farisi. Ya ampuuun anak-anaknya imut imut banget. Masih pada kecil gitu, lari-larian, bawa pedang, uuuuuu gemes banget! Ceritanya tentang penaklukan Konstantinopel gitu. Keren deh, anak sekecil mereka udah bisa berkonrtribusi untuk Palestine, jadi iri J

Trus disambung atraksi dari seorang mujahid. Mas-masnya ini manjat dinding dan atap gedung Amongrogo buat ngibarin bendera Palestine. Subhanallah…
Trus langsung disambung sama hiburan nasyid-nasyid gitu, ada sambutannya juga, sekaligus pelantikan anggota baru KNRP DIY. Baru acara yang terakhir pesan-pesannya Syaikh Shady trus do’a dan penutup.

Yang kerennya, disini kayak ada semacam pelelangan gitu. Jadi barang-barangnya bang Opick di lelang dengan hasilnya 100% disumbangkan untuk rakyat Palestine. Subhanallah, iri sama orang-orang kaya yang bisa menyumbangkan banyak buat jihad di Palestine. Sedangkan aku masih menyisakan beberapa lembar uang di dompet. Semacam jadi motivasi juga sih, kalo jadi orang kaya pasti bisa berinfaq lebih banyak. Makanya orang kaya yang bertaqwa itu pahalanya banyak banget yah.

Dan hasil dari konser amal tersebut berupa uang sebesar 522 juta rupiah ditambah barang-barang seperti emas, handphone, jam tangan, dll. Allahu Akbar! Semoga apa yang warga DIY berikan hari itu dapat meringankan saudara-saudara kita yang sedang berjuang di Palestine. Aamiin…

Dan berita yang paling nggak dinyana adalah si Latif masuk rumah sakit. Operasi usus buntu lagi, mana usus buntunya udah pecah di dalem. Mana dia ada kelainan di jantungnya yang bikin operasi ditunda-tnda, tapi karena operasinya di tunda ususnya jadi malah getting worse. MasyaAllah… nggak nyangka itu bocah kasian banget. Liatin dia habis operasi yang lemah tak berdaya ga bisa ngapa-ngapain gitu jadi bikin miris juga di hati. Gimana nggak, biasanya kita beranteeeem aja mulu, tapi sekarng liat dia kesakitan gitu jadi trenyuh. Padahal baru sebulan dia lepas gips nya gara-gara tulang tangannya retak habis main sepak bola. Ya Allah… kaya ga habis-habis aja tuh bebannya. Habis juga Ujian Nasional SMP, niatnya mau seneng-seneng liburan, 
eh malah mondok di rumah sakit.

Tapi disini ada sumthin’ yang bikin aku surprised banget. Jadi ceritanya karena ada suatu hal, aku balik ke Jogja hari Sabtu (lupa tanggal berapa). Nah, sampe Jogja, soulmate-ku Salma Karimah sms. Awalnya sih nanyain kabar gitu, trus aku bilang “nanti mau ke kos kok ukh insyaAllah”

Salma: Oya? Mau jam brapa ukh ke kosnya?

Aku: sore mungkin ukh, tapi ini udah di tempat budhe (budheku di wonocatur, banguntapan)

Salma: You know what, kita lagi di kereta mau ke Solo nengokin dek Latif.

Aku: *belum sempet ngirim sms* apa???? DAEBAKK! Ya Allah… niatnya mau bikin surprise, tapi ini surprise-nya dobel-dobel.

Sudah kuduga pasti Salma lagi sama Babon tuh, dan bener aja mereka berdua nekat dari Jogja ke Solo cuma mau nengokin Latif. Yasudah, apa mau dikata, aku ga mungkin balik lagi ke Solo juga. akhirnya sampai di Yarsis ketemu sama mama. Yaudah deh mereka ngobrol aja sama mamaku. Lha piye, mereka sih mau dateng ga bilang-bilang. Aaaaaaa! Jadi ga ketemu aku kan. Padahal aku ke Jogja merindukan mereka, hiks. (Nis, yang ditengokin kan emang Latif, bukan kamu -______- iya ding)

Baiklah, sepertinya aku udah cukup pegel nulis tiga halaman word ini. Anggap saja sebagai pelampiasan setengah abad ga ngeblog *tsaaaah, lebay aja lo Nis, umur aja belum sampe segitu -,-

Btw ngomongin umur, hwaaaa detik-detik terakhir di umur 17 T.T  berarti tandanya aku udah dewasa ya. hiks, selamat tinggal masa anak-anak dan remajaku. Aku akan sangat merindukan kalian :*
Langsung berasa ada godam yang mukul-mukul kepala ngingetin “UDAH NGAPAIN AJA LO NIS SELAMA INI? SIA-SIA NGGAK SIH HAMPIR 18 TAUN LO IDUP INI?””
Allahu Rabbi, Astaghfirullah..… :’(



Rabu, 27 Juni 2012

27 Juni 2012



Stasiun Tugu, ada setumpuk rindu yang terasa

Tentang si penunggu kereta,
yang senantiasa berdiri di samping peron,
melihat ke arah utara,
Menantikan kereta berbaju kuning datang
Untuk membawanya pulang ke tanah kelahiran
Membawanya kembali ke tengah pelukan hangat ayah bundanya

Juga tentang si penunggu kereta
yang membawa penumpang
yang membawa orang-orang terkasihnya
yang membawa serpihan hatinya dalam gerbong berjajar panjang
Sambil berdoa dalam hati
Bahwa kereta yang ditumpangi separuh jiwa mereka selamat sampai tujuan
Selamat sampai ke pelukan erat mereka

Sekali lagi tentang setumpuk rindu yang terbaca
Pada setiap sandaran mereka yang membekas haru
Pada setiap pandangan mereka yang  ingin bertemu
Pada setiap lembaran sabar yang mereka habiskan untuk menunggu

Sekali lagi,
Karena kami rindu….



Selasa, 26 Juni 2012

pintu problematika

sepertinya terlalu banyak kisah yang tidak bisa diceritakan
tentang segala ricuhnya problematika
yang selalu saja mengetuk pintu duniaku

seperti layaknya tamu yang harus disambut dengan baik
akupun menyambutnya, dengan harapan dapat 'berteman' dengannya
tapi sepertinya, ia datang tak hanya seorang
ia bersama ribuan pasukan yang tak terlihat
aku menyebutnya.... luka

ribuan luka lama yang seharusnya terkubur itu seolah bangkit kembali
mungkin, mungkin ingin menyaksikanku kembali
mungkin ingin mengujiku kembali
seberapa mampu aku bertahan menghadapinya

keluhan selalu menyumpali mulutku
hingga lama-lama kelu
dan akhirnya tersadar
bahwa semuanya akan baik-baik saja tanpa aku berkata

dan ternyata benar
problematika itu hanya menunggu aksiku
menunggu untuk kuberi jamuan menyenangkan
hingga akhirnya ia pulang dengan langkahnya sendiri

dan aku, kembali menutup pintu lagi
berharap yang akan berkunjung setelah ini bukan ia
tetapi dirimu..




Rabu, 13 Juni 2012

adakah suatu jalan lagi?


ingin kembali kepada masa, dimana semua itu hanyalah tawaran
maka aku masih bisa menolak
masih bisa mengeluarkan bantahan mengapa aku harus menolaknya

tapi sekarang semuanya seperti tertahan
menyesakkan, sungguh
aku ingin pergi, melepaskan yang ada disini

sabar
tapi kesabaran itu lama-lama memuakkan juga
aku lelah untuk berdebat lagi
ingin kuberikan tenagaku untuk hal-hal lain

tapi sekali lagi aku tidak bisa
perjanjian itu, janjiku dengan-Nya
tidak mungkin aku mengingkarinya kan

meski ini menyesakkan
meski rasanya ingin berlari jauh
meski ingin melepaskan dan meninggalkan semua
meski lelah yang teramat
meski ribuan airmata yang mengering

aku tetap tidak bisa... 

adakah suatu jalan lagi untukku?




Selasa, 05 Juni 2012

sunset di ujung matamu

melihat sunset di ujung matamu
ada bias kegundahan yang terangkum
bahkan ketika kau mengerling tipis padaku
lengkungan manis itu, tak pernah lelah menyambangi bibirmu
sekali lagi, meski banyak kekecewaan yang mengunci dirimu

Sabtu, 26 Mei 2012

mau jadi apa besok?


Dan aku pun merasakan getarannya.

Melihat kakak kelas yang tadi menerima pengumuman kelulusannya. Rasanya aku pun turut merasakan ketegangannya meskipun tidak sebesar mereka. Juga ketika pengumuman SNMPTN jalur undangan. Sesuatu yang rasanya ‘sesuatu banget’ #halah, tapi bener kok

Mbak Puji, salah satu mbak di kos, akhirnya bisa menembus jalur undangan itu. Menjadi calon maba di Teknik Geodesi UGM. Wow :o

Tak terbayang bahagia sekali ya rasanya. mendapat satu tangga lagi untuk menapaki masa depan. Masa depan, masa depan, masa… depan.. *kemudian hening

Rasa-rasanya kalo ngomongin masa depan itu, emm, bikin pikiran tambah ruwet. Nggak sepenuhnya ruwet sih. Kalo kita punya mimpi, pasti semua hal yang berhubungan dengan masa depan itu indah.

Tapi hidup bukan dongeng kan? Nggak selamanya mimpi itu bisa terjadi pada masa depan kita. Mimpi itu belum nyata, tapi masa depan itu nyata. Entah apa jadinya masa depan itu, tapi itu nyata.

Kalo ngomongin kuliah, dari awal masuk SMA sampe sekarang berubah-berubah terus kepengennya. Tapi akhirnya merasa jemu dengan keberubahan-keberubahan itu. Mulai beberapa hari yang lalu sudah meniatkan satu tekad. Ya, semoga cuma satu itu dulu. Jangan ada yang lain biar nggak tambah pusing. *haha, mekso

Dari mulai Psikologi, Sosiatri, Hubungan Internasional, Ilmu Ekonomi, Ekonomi Islam, dan sampai yang terakhir Sastra Arab.

Entah kenapa mulai mantep dengan pilihan itu. Walaupun beberapa teman menyayangkan itu. Kenapa sastra? Mau jadi apa besok? Kenapa nggak milih ekonomi trus jadi ekonom islam yang mendunia? Kenapa ga masuk HI trus jadi diplomat muslimah yang disegani? Selalu pertanyaan kenapa dan mengapa.

Sempat berdialog dengan hati juga. Dan ini mungkin akan menjadi jawabannya, dialog antara perasaan dan pikiran.

*menghela hafas dulu

Kenapa malah jadinya milih Sastra Arab?

Jadi sebenarnya yang mencetuskan ide Sastra Arab ini adalah orangtua. Sederhana kan? Ini keinginan mama dan papa.

Trus kenapa kalo elo nggak pengen elo mau maksain? Yang kuliah kan elo, buka orangtua lo.

Iyasih, emang yang kuliah gue. Tapi yang ngasih duit buat biaya kulia kan emak babe gue.

Emang orangtua lo maksa gitu ya? Nggak dengerin mau lo apa?

Nggak juga sih. Mama papa selalu memperhatikan keinginan anak-anaknya kok. Kalo nggak gitu, gue nggak bakal sekolah disini.

Trus, kenapa lo mesti nurut?bisa aja kan lo bilang apa yang elo mau.

Nah, itu dia. Soalnya,  kalo ngomongin sekolah, dari SMP sama SMA gue udah sering banget tuh berargumen sama orangtua gue. Dari yang mulai ngobrol biasa sampe gue akhirnya dulu nangis-nangis buat dibolehin sekolah di negri. Pas SMP juga gitu, akhirnya ortu gue ngalah, gue boleh sekolah di Jogja. Dan selama itu orangtua gue mesti ngorbanin perasaannya. Kecewa karena gue nggak nurut. Tapi toh mereka diem aja. Walopun kecewa masih tetep ngebiayain gue dengan ikhlas.

Belum lagi, yah, elo tau kan masalah gue sama ortu yang ‘itu’. Jujur, gue nggak mau ngecewain lagi. Menjadi ‘asing’ di tengah-tengah keluarga itu nggak enak. walopun sebenernya ortu nggak terlalu mempermasalahkan. Tapi kalo tiba-tiba kita ngobrol trus mengungkit hal ‘itu’, rasanya nggak enak banget. Yasudahlah, gue mencoba berdamai. Menghindari perbincangan ‘itu’ ketika di rumah. Menjaga perasaan ortu dan gue sendiri.

Tuh kan, udah terlalu banyak pengorbanan ortu buat gue. Dan, rasanya untuk yang kali ini gue nggak punya nyali lagi buat berargumen. Sebenernya bisa, dan pasti ortu gue bakal ngalah. Tapi gue nggak tahan liat wajah kecewa mereka lagi. Kayaknya udah cukup selama ini gue mempertahankan ego dan keinginan gue.

Emang ortu gue bukan penentu masa depan gue. Tapi mereka punya andil besar dalam membangun masa depan gue. Dan, gue rasa Sastra Arab not bad kok. Gue bisa ngerancang lagi mimpi dan masa depan gue.

Yakin lo? Yaudah deh, gue sih terserah lo aja. Lagi-lagi elo tuh menye banget yah. Selalu kalah kalo sama perasaan lo sendiri.

Gue bukannya kalah ya, gue ngalah. Demi njaga perasaan semua orang yang gue sayang.

Yadeh yadeh, serah lo. Trus, rencana lo mau ngapain aja?

Rencana gue sih tetep sama. Lulus SMA, kuliah. Ikutan Gadjah Mada Mengajar (kalo masuk UGM), trus Indonesia Mengajar, trus kerja di UNICEF. Aamiin.. tapi selama proses kesitu, gue harus bisa nerbitin buku secara resmi, yang bukan indie lagi. Trus kaya yang udah pernah gue tulis, gue pengen punya panti asuhan. atau minimal rumah singgah gitulah buat anak-anak jalanan.

Jadi masa depan lo apa tuh? Rempong banget.

Masa depan gue ya? ya kaya gitu, gue cuma bisa ngerancang aja, buat hasilnya, serahin sama Yang Di Atas. Mungkin nggak ada hubungannya ya sama Sastra Arab? Atau biar ada hubungannya, anggep aja gue besok mau jadi dosen atau guru. Tapi mau jadi apapun gue, yang penting bermanfaat. Gue cuma mau jadi orang yang bermanfaat buat orang-orang di sekitar gue. Itu aja sebenernya.

Okedeh. Sebenernya gue masih bingung sama omongan lo. Tapi ya lain kali aja kita sambung lagi.

happy birthday Mama :)

happy birthday my beloved mom :* barakallah fii umrik. 
keep health and stay beautiful ya mam, 
semoga selalu dilindungi Allah, dimudahkan jalannya dalam mencari rizki untuk nisa dan adek2, panjang umur, diberi kesabaran yang lebih sama Allah, and so on. wish nothing but the best for you ma :)

thankyou mam, for being my friend, my sister, and my supermom. nothing gonna change my love for you :*
thankyou for loving me every single breath that you take ;)

and forgive me mam, forgive all mistake that i did. 
mungkin ada beberapa pendapat nisa yang berbeda sama mama, nisa minta maaf.
bukan maksud nisa untuk berbeda, hanya saja nisa sudah 'memilih' ma.
dan mama pun sebenarnya tau bahwa pilihan ini tidak salah kan?

nisa akan selalu menunggu ma, sampai kapanpun menunggu hingga mama mau menerima pilihan nisa. 
semoga mama ridho, karena sejujurnya tidak ada yang nisa harapkan selain keridhoan mama sama papa. 
:')

sekali lagi, selamat milad yang ke 39 ya mama sayang. i can't stop my love for you :*




Jumat, 18 Mei 2012

masih mungkin

wahai hati yang tengah kerontang
bersandarlah meski pada bongkahan karang
tapi sebentar, sebentar saja
karena sejatinya kaulah tempat mereka bersandra

mungkin satu, dua kala
kemudian bangkitlah
mecari kawah suci untuk membasuh hatimu

mungkin kau bukannya kerontang
hanya layu,
sehinggha masih mungkin
untuk kau berdiri lagi

masih mungkin...

Kamis, 17 Mei 2012

Tekad by Izzatul Islam


Kami sadari jalan ini kan penuh onak dan duri
Aral menghadang dan kedzaliman yang kan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini , darah ini sepenuh ridho Ilahi
Kami adalah panah-panah terbujur
Yang siap dilepaskan dari bujur
Tuju sasaran , siapapun pemanahnya

Kami adalah pedang-pedang terhunus
Yang siap terayun menebas musuh
Tiada peduli siapapun pemegangnya

Asalkan ikhlas di hati tuk hanya Ridho Ilahi

Kami adalah tombak-tombak berjajar
Yang siap dilontarkan dan menghujam
Menembus dada lantakkan keangkuhan

Kami adalah butir-butir peluru
Yang siap ditembakkan dan melaju
Mengoyak dan menumbang kezaliman

Asalkan ikhlas di hati tuk jumpa wajah Ilahi Rabbi

Kami adalah mata pena yang tajam
Yang siap menuliskan kebenaran
Tanpa ragu ungkapkan keadilan

Kami pisau belati yang selalu tajam
Bak kesabaran yang tak pernah akan padam
Tuk arungi da?wah ini , jalan panjang

Asalkan ikhlas dihati menuju jannah Ilahi Rabbi

Rabu, 16 Mei 2012

from mbak yani


yang selalu aku ingat di malam ini :)
sebuah pesan dari saudari tercinta, tentang 'perahu' yang pernah kami tumpangi bersama




"mmm..
klu kita punya adek kecil yg bru belajar jalan, terkadang kita terlalu khawatir
bgaimana kita menjaganya agar tak terluka
tapi kita juga khawatir, klu kita terus memegangi tangannya, kapan ia bisa belajar berjalan
dan, itu semua terhenti pada pertanyaan besar:
smpai btas mana seorang kakak harus melindungi adiknya yg bru blajar berjalan
dan,
mungkin nggak ada jawaban yg tepat buat pertanyaan itu


tp, mnurutku, idealnya, ajari dia cara berjalan, hingga ia terlihat 'paham'
lalu, biarkan ia mencoba sendiri bgaimana rasanya berjalan itu
mungkin ia bkalan jatuh, terluka, tapi tak apa
dari lukanya, ia tahu bgaimana harusnya ia berjalan dgn benar

tapi...
sekali lagi, itu idealnya
kita gak bisa benar2 tahu kpan adek kita bnar2 paham
dan, kita jg nggak benar2 tahu kpan adek kita bnar2 btuh pertolongan kita

bahkan,
seorang adek yg sma sekali tidak diajari berjalan oleh kakaknya pun bisa berjalan sendiri
meski harus, tergopoh-gopoh, jatuh, tubruk sana sini.. ia masih bisa berdiri dan terus berjalan


kaderisasi yg tlah kita rancang sdemikian rupa itu blum tentu bisa membawa adek kita ke puncak.. justru ketika Dia membalikkan semua, dan ketika itu kita melihat apa yg kita inginkan tak berjalan sesuai harapan, adik2 kita bisa belajar lebih...
kaderisasi yg tlah kita rancang sdemikian rupa itu blum tentu bisa membawa adek kita ke puncak.. justru ketika Dia membalikkan semua, dan ketika itu kita melihat apa yg kita inginkan tak berjalan sesuai harapan, adik2 kita bisa belajar lebih...
mereka bisa lebih mengerti bgaimana luka itu, bgaimna harus berjalan itu
pelajaranNya lah yg terbaik

kalau kita bisa mengajarinya berjalan, ajarilah...
selanjutnya, biarkan ia mencoba berjalan sendiri dan tentunya pasrahkan dia pada penggenggam jiwaNya, biar Ia yg menuntun langkahnya"

pengecualian

denganmu, ada banyak hal yang menjadi pengecualian :)
itu saja
mungkin sesederhana itu

Senin, 14 Mei 2012

sunday morning


13 Mei 2012

Subhanallah, rasanya capek banget, tapi juga menyenangkan J

Petualangan pagi ini dimulai dengan bangun pagi dan mencuci pakaian yang menggunung. Dari habis shubuh ampe sekitar jam setengah 7.

Habis itu langsung siap-siap berbenah diri menuju ke masjid mardhiyyah. Ampun ya pagi-pagi jam 8 udah syuro aja -______-

Di mardhiyyah sampai kira-kira jam setengah 10. Langsung cus bareng ukh malvina ke padmanaba buat ikutan acara kajian “Ajrina”.  Alhamdulillah, emang niat baik buat menuntut ilmu dan memperbanyak kawan berbuah juga ya, hehe :D kita dapet doorprize gitu deh, Alhamdulillah mukena baru :D

Setelah dari “Ajrina” meluncur ke Balairung Selatan buat jemput Mbak Fanny. Yap, hari ini kurcaci-kurcaci emosio akan berkunjung ke KPP Smart Syuhada’ untuk berbagi cerita mengenai suka duka pembuatan buku indie kami. Harapannya, semoga temen-temen di KPP jadi bersemangat juga untuk terus menulis dan berkarya. Pun dengan kami, smeoga lebih giat dan produktif lagi dalam menulis.

Setelah itu nganter Mbak Fanny ke kampus di Fakultas Teknik UGM. Baru pertama kali ini tau fakultas teknik itu yang mana. Tadi juga ditunjukin sama Mbak Fanny yang namanya Tugu Teknik. Besok aku tunjukin Tugu Teladan ya mbak, hehe *gambarnya doang sih :D

Habis itu galau, di sekolah ada Asian Day Festival. Aku pengen ikutan, nyari makanan :3 takoyaki, kimchi, ocha, pokonya memuaskan lidah. Tapi kok rasanya berat banget. Yaudah akhirnya terdiam beberapa saat di depan gerbang sebelum masuk. Ah, pulang aja deh, lagian masih banyak tugas yang belum kelar, hiks. Akhirnya kembali ke kos bersama Ruby tercinta dengan selamat. *melambai say good bye buat kimchi dan takoyaki T.T

Oya, tadi waktu baru mulai presentasi di Syuhada’ tiba-tiba papa telpon. Setelah ngobol lama, trus papa bilang “yaudah ya mbak, papa cuma kangen suaranya mbak aja.”
Hwaaaaa papaaaa T.T langsung mewek, tapi tengsin diliatin sama temen-temen KPP nanti. Hiks, sobat satu pulang ke Salatiga, yang satu juga ke Wonosari, jadi pengen pulang juga, hwaaaa L

Udah dulu ya, masih banyak catetan yang musti disalin nih *noh, rasain sering bolos.
See ya J


cinta yang menjadi

Assalamu'alaikum.
Arigatou gozaimasu mina-san :)
Alhamdulillah yah nisa bisa kembali hadir lagi disini. Setelah sekian lama vakum karena modemnya nggak keisi pulsa -____- hehe
Baiklah, saya akan mulai mebalas dendam *halah* \ memenuhi bog ini dengan postingan-postingan baru

Dimulai tentang POH, yang mana tulisan ini saya buat bermingg-minggu yang lalu setelah syuro yang menyenangkan itu (tumbenan)

***


Baru kali ini merasakan sebuah semangat yang sebenarnya sudah lama aku rindukan. Sudah lama menginginkan sebuah syuro yang ‘hidup’. Tidak melulu membahas program atau event-event. Tapi juga tanggap terhadap lingkungan sekitar kita. ACT!

Melihat si kecil ‘Emosio’ diantara tumpukan buku yang lain. Ah, aku pun punya mimpi untuk keluarga besarku yang satu ini. Untuk POH (Pelayan Oemat Harian).
Bersama-sama menghasilkan sebuah karya, yang sampulya bertuliskan,

“POH: Pada Harapan Setiap Orang yang Memandangnya”

Mungkin bisa berisikan kesan, pesan, saran, harapan, dan mimpi-mimpi dari semua anggota POH atau alumni POH. Dan tentunya menghadirkan orang-orang di luar POH, meminta pendapat dan pandangan mereka terhadap POH selama ini.

Bisa juga berisikan kumpulan cerita atau puisi yang kesemuanya berhubungan dengan POH. Misal cerita tentang bagaimana syuro POH, bagaimana program-program umumnya. Pastilah ada kejadian-kejadian menarik yang bsia di ceritakan selama GIAT, FSA, PTB Rohis, juga SAA yang tentunya dapat meneyentuh hati.

Ah, ini tentang secuil mimpi. Satu keping harapan yang terangkum untuk adik-adikku nanti.
Selama ini mungkin aku, kami-sesepuh POH ini-belum bisa memberikan ‘bekal’ dan contoh yang baik untuk adek-adek manis yang nantinya akan meneruskan perjuangan kami di POH.
Pengalaman saat menjadi anggota Departemen Internal (saat itu aku masih kelas X), yang aku rasakan saat menerima taklimat syuro’ adalah berusaha mencari alasan agar tidak bisa mengikuti syuro’ hari itu. (berusaha jujur)

Kenapa?
(flashback dulu ya)

Karena sedikit ‘kecewa’. Apa yang dulu aku harapkan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan di POH saat itu. Hubungan ikhwan akhwat yang sangat tidak harmonis. Meminjam kalimat Mas Isnan (Ro’is ‘Amm POH 2009) hubungan ikhwan akhwat itu, kalau nggak komunikasinya susah, ya VMJ. Dan saat itu yang dialami POH adalah masalah pertama. Betapa dulu ketika syuro selalu ada hawa-hawa yang ‘kurang enak’. Kadang tempat pensil atau botol minum pun ikut terlempar antara basecamp ikhwan dan akhwat yang terpisah tirai hijau itu (jangan ditiru!).

Tapi pada akhirnya aku tidak bisa menghindar. Mungkin karena aku dan hatiku sudah terpaut dengan POH (jiaaah). Pada akhirnya aku menyaksikan semua kejadian pada setiap syuro itu. Dan satu yang terlintas saat itu, tahun depan tidak boleh ada yang seperti ini (Padahal dulunya sudah berencana kalau kelas XI mau mundur dari POH saja).

Inginku memperlihatkan image baik POH di depan adek2 semua. biar nantinya ketika mereka kelas XI, mereka masih mau berjuang di POH (hehe). Tapi apa mau dikata, mereka pun bisa langsung menyaksikan bagaimana jungkir balik POH selama ini. Merekalah saksi perjuangan POH kami.

Dan, ketika amanah itu menubrukku.

Benar-benar saat itu berasa di tubrukin beban berkilo-kilo (lebay sih, tapi beneran gitu rasanya). Langsung 
tes..tes.. satu dua air mata keluar. Kemudian menguatkan hati untuk langsung menolak dan menyangkal dengan argumen-argumen andalanku. Tapi lama-lama semakin basah juga mata ini. Sampe-sampe diketawain sama temen-temen (dan mereka ternyata sudah tahu aku akan menerima amanah ini, hissh). Pada akhirnya aku ‘terpaksa’ menerima amanah ini. Yang benar-benar unpredictable. Seorang nisa gitu, jadi ra’isah? Apa kata dunia coba?
Masih inget kata temen waktu itu. “Kalo kamu jadi ra’isah ntar pasti syuro’nya sambil facial.” -______-

(balik lagi ke masa sekarang)

Dan sekarang, setelah kira-kira 7 bulan waktu berjalan, aku pun mencoba untuk ‘menerima’ amanah ini. Melihat adek-adekku yang semangatnya subhanallah sekali ini, aku jadi semakin ingin berjuang di POH ini. Mungkin bila tidak ada mereka, aku sudah mental, lari dari segala amanah ini. Sungguh.
Sudah terdengar klise sekali bahwa penyesalan itu selalu datang terakhir. Tapi aku tidak menyesal dengan semua yang ada sekarang. Bukan karena aku ra’isah sehingga tanggungjawabku lebih besar disini (mengkoordinir yang akhwat lah ya. Kalo yang paling gedhe emang big bossnya, si ro’is amm). Tapi karena kami adalah pelayan, sehingga kami pun bersama-sama bertanggungjawab untuk kelanjutan POH. Untuk kelanjutan dakwah di bumi teladan ini.

Dan, ketika kini, akhirnya banyak sekali mimpi-mimpi tentang POH.
Aku yakin nantinya mimpi itu akan menjadi sebuah kenyataan yang tak terlupakan. Karena sejatinya apa yang terjadi hari ini adalah mimpi kita yang lalu, dan mimpi kita hari ini adalah kenyataan yang akan datang.

Dan, entah kapan aku mulai mencintai POH. Tapi sekarang, aku mulai menikmati berjuang bersama dengan pelayan-pelayannya J