Minggu, 25 Desember 2011

lihatlah, kuncup itu mulai mekar..

berat. rasanya berat menanggung beban dakwah ini. tunggu, beban? ah, tidak, dakwah kewajiban. memang seharusnya kewajiban itu kita laksanakan sebaik mungkin. dan sudah biasa pula bila kewajiban itu terkadang terasa berat. tapi, ini kewajiban, dan sudah selayaknya aku tidak mengeluh. bukankah orang-orang sebelumku dulu justru lebih berat?

dakwah bukan beban, dakwah itu nikmat. sungguh..


aku..merasa tak sanggup. lalu sampai kapan aku sanggup? menunggu taun depan? menunggu lulus SMA? menunggu ku di wisuda? menungu umurku seperempat abad? setengah abad? tapi, aku tidak yakin apakah Allah masih memberiku waktu untuk menjumpai waktu-waktu tersebut.


sudahlah, menunggu aku sanggup, tak akan ada habisnya. menunggu sampai aku merasa pantas, tak ada akhirnya. kenapa harus aku yang menunggu? tidakkah orang2 diluar sana justru sedang menungguku? kalo aku saja selalu menunggu diriku siap, habis sudah waktuku.

ingat, kalo aku tak bersegera, akan ada orang lain yang mengambil alih tugas2 ini. ingat, dakwah tidak membutuhkanku, aku yang membutuhkan dakwah ini.


lelah...sedikit kurasa. heii, apa ku kata? ku kata lelah?

apa aku lupa dengan siroh nabawi yang dulu pernah ku khatamkan?

bukankah aku mengagumi Mush'ab bin Umair, sang rupawan yang berjuang hingga syahid, terpotong kedua tangannya? bukankah aku mengagumi kebijaksanaan Umar bin Abdul Aziz, yang walau hanya sebentar ia memimpin, namun rakyat dan negeri nya sejahtera?

bukankah aku mengagumi Ibunda Agung Khadijah, Aisyah yang cerdas, Fathimah yang lembut, Khaulah yang perkasa. bukankah aku selalu merindu untuk menjadi seperti mereka?

bukankah mereka lebih merasa lelah dariku? pasti. kelelahan mereka akan terbayar dengan surga.


sedangkan kelelahanku? akankah terbayar dengan surga pula?

ah, tak kubayangkan surga. mereka bisa mempersembahkan yang terbaik untukMu. sedang aku disini, mengeluh saja kerjaku. padahal aku tau, aku tak selelah mereka.


cukup, ini saatnya aku bangkit.

mereka telah menunggu.


ah, apa itu?


aku lihat ada kuncup yang cantik. dan, tampaknya ia sedang mulai untuk memekarkan kelopaknya.

tapi, kenapa ada juga kuncup yang justru menunduk sendu?

kenapa? aku bertanya padanya.

dia kata, dia tak sanggup.hei, lihat, aku juga, aku sama sepertimu.

tapi, jangan kau menunduk, wahai kuncup pemalu..

kau tahu kau cantik, kau muda dan baru akan memulai perjalananmu sebagai mawar.

kau putih, bersinar, lihatlah itu. banyak orang mengagumimu. banyak orang menunggumu mekar, mereka ingin melihat lebih pesonamu. kau tahu kau mampu menyihir pandangan berjuta manusia. kau tahu kau bahkan mampu membuat orang2 merasa bahagia bila melihatmu.


lihatlah wahai kuncup pemalu, temanmu, kuncup-kuncup ceria itu berbagi cerita. mereka membayangkan bagaimana mereka mekar nantinya. mereka tak sabar menunggu.

aku harap kau juga begitu. kau tahu mereka juga ingin mengajakmu berbincang. mereka ingin mengajakmu bermain-main juga. mereka ingin bersama-sama mekar denganmu.


kuncup pemalu, mendongaklah..

lihatlah birunya langit yang terbentang. luas bukan?

seluas itulah lahan dakwah kita.

sekarang lihatlah dimana kau ditanam. hanya sepetak tanah sempit bukan?

sekecil dan sesempit itulah waktu untukmu.

tak perlu kau jangkau seluruh langit yg luas itu. cukup warnai tempat dimana akarmu menjalar sekarang. cukup naungi kerikil disampingmu, dengan kelopak2 cantikmu.

cukup, itu saja cukup.

karena memang begitulah Allah mengatur semuanya. memang begitulah Allah membagi tugas2 kita.


karena Allah selalu mencintamu.. ia ingin mengujimu, apakah kau juga benar2 mencintaiNya. ia hanya ingin menguji seberapa besar cintamu.

kalau besar juga rasa cintamu padaNya, pastilah Allah sendiri yang akan membantumu :)

Rabu, 21 Desember 2011

drive lesson part 1

assalamu'alaikuum..

ciaoo, semangat liburaaaan :D

oke, jadi liburan kali ini aku dapet tantangan baru: nyetir mobil!
jadi ceritanya kemarin nisa, aku, sama si kecil salma lomba-lomba an siapa yang selama liburan dua minggu ini bisa nyetir mobil duluan.
wahaha, sakjane aku ngakak sih, soalnya buat aku itu impossible. tapi ya aga apalah, dicoba dicoba :D
oya, crita tentang perjalanan kami (nisa,nisa, salma) aku critain di episode selanjutnya yaa ;)

oke, tentor nyetir mobilku ini my lovely daddy tentunya. pelajaran dimulai setelah shubuh (mumpung jalan masih sepi, jadi kalo nabrak ya nabrak angin :D)
yesterday was my first lesson.
in my first lesson, i was introduced about "Kopling, rem and gas" by my papa.

papa: "sekarang di rasain dulu gasnya. kalo nyetir itu, mata sama pikirannya bukan di kaki, tapi di jalan depan. jadi kaki itu udah harus hidup sendiri, udah harus bisa ngatur sendiri kecepatan gas nya seberapa, kapan masukin kopling, kapan gunain rem. kalo nyetir jangan nunduk-nunduk liatin kaki. di los in aja kakinya. tetep fokus kedepan"

aku: *mlongo* "oke pah, siap"

hari pertama ini aku cuman latian di depan rumah aja. dan nyaris nabrak, haha :D
kira2 jam 6an gitu, mobil masuk garasi. papa cuman bilang "belum lulus"

aku ndomblong, dalem hati bilang "ya iyalah paaah, orang baru se jam juga belajarnya, masak langsung bisa -____-"

and today...my second lesson

setelah kemarin belajar kopling, rem, dan gas. sekarang mulai ke jalanan :D
alhamdulillah nyaaa, jalan depan rumahku luruuuuuus terus, jadi ga perlu belok-belok, hehe.
dari depan rumah luruuus aja ke timur sampe mentok di ujung desa. aku loh yang nyetir, haha :D *nyombong dikit (Astaghfirullah..)
walopun RPM nya tetep aj tuh di angka 1, ga pernah naik, seringnya turun malah. soalnya sama papa pake kopling dulu aja, jangan pake gas. pelan2 aja gapapa. *padahal asli pengen tak gas kenceng2, habis gatel banget, wong baisanya lewatin jalan ini cuman 3 menit, eh ini jadi 20 menit -_____- *lebay dikit

jadi kan critanya tuh jalan luruuuus terus. nah pas udah mentok, ada pertigaan tuh. dan aku cuman bilang "pah pah, belok pah belok" sambil bingung dewe. dalam hati "iki mbeloke piyeeee". haha, kocak deh.

FYI, actually aku tuh belum nyampek sebenernya, jadi kalo pas di kursi sopir, aku ga bisa liatin moncong mobilnya. masih belum bisa ngira2 kapan harus belok, setirnya harus muter barapa kali, brapa derajat. ah, lalalala... ga tauuuu, but I'll try my best! *senyumbangga (jiaaaaah)

dan rasanya seneng banget, keliling-keliling desa nyetir sendiri, walopun butuh waktu sejam, soalnya jalannya mobil kaya siput :D haha

asli deh, nyetir mobil beneran sama mobil di Timezone lebih seru mobil beneran ><

dan ga sabar pengen cepet-cepet bisa. semoga liburan ini beneran kesampean. :)
please come to me, my bravery.. *truly hope

oke, sekian dulu, berhubung udah pegel-pegel, pamit dulu yaaah.. assalamu'alaikum :)

Jumat, 02 Desember 2011

tak bisakah kita menjadi sebuah komunitas seimbang?

Mungkin yang terlihat hanya ideologiku dan ideologimu yang berdeferensiasi. Padahal sejatinya kita berbeda kasta. Kau Satria dan aku Sudra. Kau ditengah upper classmu dan aku diantara golongan lower class. kau dapatkan ascribed statusmu dengan mudah. Sedang gelar prestasi harus kudapat dengan bersosialisasi selama bertahun-tahun.


Namun konsolidasi hati ini sepertinya mengalahkan segala konflik. Tak perlulah arbitrasi, karna aku hanya ingin berdua denganmu, tanpa orang ketiga.


Terlalu banyak akomodasi yang telah kita lalui, hingga kaupun menyadari kita hanya berdiri di satu titik. Titik interseksi yang mempertemukan sebagian hati kita masing-masing. Namun ruangku berseberang jauh denganmu. Kau berada jauh, di utara titik interseksi kita, sedang aku menyendiri di ujung selatan. Aku tau sekuat apapun aku berlari, dinding pemisah ini tak akan mudah tertembus. Batasan vertikal ini terlalu jauh untuk kujangkau. dan aku terlalu lelah untuk sekedar ber-ajudikasi dengan sang hakim.


Aku tau, kau Nordic dan aku Veddoid. Tentulah stratifikasi ras ini yang semakin menyulitkan kita untuk sekedar ber-integrasi. Tak ada lagi solidaritas. Mereka menginginkan pengakuan separatisme akan koordinasi yang telah kita ikat kuat. Kalau tidak, sanksi akan mengekang antara kita. Mereka bilang norma adat tak lagi kita usik.

Namun, apakah sejarah yang sama, yang aku dan kau sama-sama miliki, tak bisa menjadikan kita sebuah komunitas seimbang?