Sabtu, 26 Mei 2012

mau jadi apa besok?


Dan aku pun merasakan getarannya.

Melihat kakak kelas yang tadi menerima pengumuman kelulusannya. Rasanya aku pun turut merasakan ketegangannya meskipun tidak sebesar mereka. Juga ketika pengumuman SNMPTN jalur undangan. Sesuatu yang rasanya ‘sesuatu banget’ #halah, tapi bener kok

Mbak Puji, salah satu mbak di kos, akhirnya bisa menembus jalur undangan itu. Menjadi calon maba di Teknik Geodesi UGM. Wow :o

Tak terbayang bahagia sekali ya rasanya. mendapat satu tangga lagi untuk menapaki masa depan. Masa depan, masa depan, masa… depan.. *kemudian hening

Rasa-rasanya kalo ngomongin masa depan itu, emm, bikin pikiran tambah ruwet. Nggak sepenuhnya ruwet sih. Kalo kita punya mimpi, pasti semua hal yang berhubungan dengan masa depan itu indah.

Tapi hidup bukan dongeng kan? Nggak selamanya mimpi itu bisa terjadi pada masa depan kita. Mimpi itu belum nyata, tapi masa depan itu nyata. Entah apa jadinya masa depan itu, tapi itu nyata.

Kalo ngomongin kuliah, dari awal masuk SMA sampe sekarang berubah-berubah terus kepengennya. Tapi akhirnya merasa jemu dengan keberubahan-keberubahan itu. Mulai beberapa hari yang lalu sudah meniatkan satu tekad. Ya, semoga cuma satu itu dulu. Jangan ada yang lain biar nggak tambah pusing. *haha, mekso

Dari mulai Psikologi, Sosiatri, Hubungan Internasional, Ilmu Ekonomi, Ekonomi Islam, dan sampai yang terakhir Sastra Arab.

Entah kenapa mulai mantep dengan pilihan itu. Walaupun beberapa teman menyayangkan itu. Kenapa sastra? Mau jadi apa besok? Kenapa nggak milih ekonomi trus jadi ekonom islam yang mendunia? Kenapa ga masuk HI trus jadi diplomat muslimah yang disegani? Selalu pertanyaan kenapa dan mengapa.

Sempat berdialog dengan hati juga. Dan ini mungkin akan menjadi jawabannya, dialog antara perasaan dan pikiran.

*menghela hafas dulu

Kenapa malah jadinya milih Sastra Arab?

Jadi sebenarnya yang mencetuskan ide Sastra Arab ini adalah orangtua. Sederhana kan? Ini keinginan mama dan papa.

Trus kenapa kalo elo nggak pengen elo mau maksain? Yang kuliah kan elo, buka orangtua lo.

Iyasih, emang yang kuliah gue. Tapi yang ngasih duit buat biaya kulia kan emak babe gue.

Emang orangtua lo maksa gitu ya? Nggak dengerin mau lo apa?

Nggak juga sih. Mama papa selalu memperhatikan keinginan anak-anaknya kok. Kalo nggak gitu, gue nggak bakal sekolah disini.

Trus, kenapa lo mesti nurut?bisa aja kan lo bilang apa yang elo mau.

Nah, itu dia. Soalnya,  kalo ngomongin sekolah, dari SMP sama SMA gue udah sering banget tuh berargumen sama orangtua gue. Dari yang mulai ngobrol biasa sampe gue akhirnya dulu nangis-nangis buat dibolehin sekolah di negri. Pas SMP juga gitu, akhirnya ortu gue ngalah, gue boleh sekolah di Jogja. Dan selama itu orangtua gue mesti ngorbanin perasaannya. Kecewa karena gue nggak nurut. Tapi toh mereka diem aja. Walopun kecewa masih tetep ngebiayain gue dengan ikhlas.

Belum lagi, yah, elo tau kan masalah gue sama ortu yang ‘itu’. Jujur, gue nggak mau ngecewain lagi. Menjadi ‘asing’ di tengah-tengah keluarga itu nggak enak. walopun sebenernya ortu nggak terlalu mempermasalahkan. Tapi kalo tiba-tiba kita ngobrol trus mengungkit hal ‘itu’, rasanya nggak enak banget. Yasudahlah, gue mencoba berdamai. Menghindari perbincangan ‘itu’ ketika di rumah. Menjaga perasaan ortu dan gue sendiri.

Tuh kan, udah terlalu banyak pengorbanan ortu buat gue. Dan, rasanya untuk yang kali ini gue nggak punya nyali lagi buat berargumen. Sebenernya bisa, dan pasti ortu gue bakal ngalah. Tapi gue nggak tahan liat wajah kecewa mereka lagi. Kayaknya udah cukup selama ini gue mempertahankan ego dan keinginan gue.

Emang ortu gue bukan penentu masa depan gue. Tapi mereka punya andil besar dalam membangun masa depan gue. Dan, gue rasa Sastra Arab not bad kok. Gue bisa ngerancang lagi mimpi dan masa depan gue.

Yakin lo? Yaudah deh, gue sih terserah lo aja. Lagi-lagi elo tuh menye banget yah. Selalu kalah kalo sama perasaan lo sendiri.

Gue bukannya kalah ya, gue ngalah. Demi njaga perasaan semua orang yang gue sayang.

Yadeh yadeh, serah lo. Trus, rencana lo mau ngapain aja?

Rencana gue sih tetep sama. Lulus SMA, kuliah. Ikutan Gadjah Mada Mengajar (kalo masuk UGM), trus Indonesia Mengajar, trus kerja di UNICEF. Aamiin.. tapi selama proses kesitu, gue harus bisa nerbitin buku secara resmi, yang bukan indie lagi. Trus kaya yang udah pernah gue tulis, gue pengen punya panti asuhan. atau minimal rumah singgah gitulah buat anak-anak jalanan.

Jadi masa depan lo apa tuh? Rempong banget.

Masa depan gue ya? ya kaya gitu, gue cuma bisa ngerancang aja, buat hasilnya, serahin sama Yang Di Atas. Mungkin nggak ada hubungannya ya sama Sastra Arab? Atau biar ada hubungannya, anggep aja gue besok mau jadi dosen atau guru. Tapi mau jadi apapun gue, yang penting bermanfaat. Gue cuma mau jadi orang yang bermanfaat buat orang-orang di sekitar gue. Itu aja sebenernya.

Okedeh. Sebenernya gue masih bingung sama omongan lo. Tapi ya lain kali aja kita sambung lagi.

happy birthday Mama :)

happy birthday my beloved mom :* barakallah fii umrik. 
keep health and stay beautiful ya mam, 
semoga selalu dilindungi Allah, dimudahkan jalannya dalam mencari rizki untuk nisa dan adek2, panjang umur, diberi kesabaran yang lebih sama Allah, and so on. wish nothing but the best for you ma :)

thankyou mam, for being my friend, my sister, and my supermom. nothing gonna change my love for you :*
thankyou for loving me every single breath that you take ;)

and forgive me mam, forgive all mistake that i did. 
mungkin ada beberapa pendapat nisa yang berbeda sama mama, nisa minta maaf.
bukan maksud nisa untuk berbeda, hanya saja nisa sudah 'memilih' ma.
dan mama pun sebenarnya tau bahwa pilihan ini tidak salah kan?

nisa akan selalu menunggu ma, sampai kapanpun menunggu hingga mama mau menerima pilihan nisa. 
semoga mama ridho, karena sejujurnya tidak ada yang nisa harapkan selain keridhoan mama sama papa. 
:')

sekali lagi, selamat milad yang ke 39 ya mama sayang. i can't stop my love for you :*




Jumat, 18 Mei 2012

masih mungkin

wahai hati yang tengah kerontang
bersandarlah meski pada bongkahan karang
tapi sebentar, sebentar saja
karena sejatinya kaulah tempat mereka bersandra

mungkin satu, dua kala
kemudian bangkitlah
mecari kawah suci untuk membasuh hatimu

mungkin kau bukannya kerontang
hanya layu,
sehinggha masih mungkin
untuk kau berdiri lagi

masih mungkin...

Kamis, 17 Mei 2012

Tekad by Izzatul Islam


Kami sadari jalan ini kan penuh onak dan duri
Aral menghadang dan kedzaliman yang kan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini , darah ini sepenuh ridho Ilahi
Kami adalah panah-panah terbujur
Yang siap dilepaskan dari bujur
Tuju sasaran , siapapun pemanahnya

Kami adalah pedang-pedang terhunus
Yang siap terayun menebas musuh
Tiada peduli siapapun pemegangnya

Asalkan ikhlas di hati tuk hanya Ridho Ilahi

Kami adalah tombak-tombak berjajar
Yang siap dilontarkan dan menghujam
Menembus dada lantakkan keangkuhan

Kami adalah butir-butir peluru
Yang siap ditembakkan dan melaju
Mengoyak dan menumbang kezaliman

Asalkan ikhlas di hati tuk jumpa wajah Ilahi Rabbi

Kami adalah mata pena yang tajam
Yang siap menuliskan kebenaran
Tanpa ragu ungkapkan keadilan

Kami pisau belati yang selalu tajam
Bak kesabaran yang tak pernah akan padam
Tuk arungi da?wah ini , jalan panjang

Asalkan ikhlas dihati menuju jannah Ilahi Rabbi

Rabu, 16 Mei 2012

from mbak yani


yang selalu aku ingat di malam ini :)
sebuah pesan dari saudari tercinta, tentang 'perahu' yang pernah kami tumpangi bersama




"mmm..
klu kita punya adek kecil yg bru belajar jalan, terkadang kita terlalu khawatir
bgaimana kita menjaganya agar tak terluka
tapi kita juga khawatir, klu kita terus memegangi tangannya, kapan ia bisa belajar berjalan
dan, itu semua terhenti pada pertanyaan besar:
smpai btas mana seorang kakak harus melindungi adiknya yg bru blajar berjalan
dan,
mungkin nggak ada jawaban yg tepat buat pertanyaan itu


tp, mnurutku, idealnya, ajari dia cara berjalan, hingga ia terlihat 'paham'
lalu, biarkan ia mencoba sendiri bgaimana rasanya berjalan itu
mungkin ia bkalan jatuh, terluka, tapi tak apa
dari lukanya, ia tahu bgaimana harusnya ia berjalan dgn benar

tapi...
sekali lagi, itu idealnya
kita gak bisa benar2 tahu kpan adek kita bnar2 paham
dan, kita jg nggak benar2 tahu kpan adek kita bnar2 btuh pertolongan kita

bahkan,
seorang adek yg sma sekali tidak diajari berjalan oleh kakaknya pun bisa berjalan sendiri
meski harus, tergopoh-gopoh, jatuh, tubruk sana sini.. ia masih bisa berdiri dan terus berjalan


kaderisasi yg tlah kita rancang sdemikian rupa itu blum tentu bisa membawa adek kita ke puncak.. justru ketika Dia membalikkan semua, dan ketika itu kita melihat apa yg kita inginkan tak berjalan sesuai harapan, adik2 kita bisa belajar lebih...
kaderisasi yg tlah kita rancang sdemikian rupa itu blum tentu bisa membawa adek kita ke puncak.. justru ketika Dia membalikkan semua, dan ketika itu kita melihat apa yg kita inginkan tak berjalan sesuai harapan, adik2 kita bisa belajar lebih...
mereka bisa lebih mengerti bgaimana luka itu, bgaimna harus berjalan itu
pelajaranNya lah yg terbaik

kalau kita bisa mengajarinya berjalan, ajarilah...
selanjutnya, biarkan ia mencoba berjalan sendiri dan tentunya pasrahkan dia pada penggenggam jiwaNya, biar Ia yg menuntun langkahnya"

pengecualian

denganmu, ada banyak hal yang menjadi pengecualian :)
itu saja
mungkin sesederhana itu

Senin, 14 Mei 2012

sunday morning


13 Mei 2012

Subhanallah, rasanya capek banget, tapi juga menyenangkan J

Petualangan pagi ini dimulai dengan bangun pagi dan mencuci pakaian yang menggunung. Dari habis shubuh ampe sekitar jam setengah 7.

Habis itu langsung siap-siap berbenah diri menuju ke masjid mardhiyyah. Ampun ya pagi-pagi jam 8 udah syuro aja -______-

Di mardhiyyah sampai kira-kira jam setengah 10. Langsung cus bareng ukh malvina ke padmanaba buat ikutan acara kajian “Ajrina”.  Alhamdulillah, emang niat baik buat menuntut ilmu dan memperbanyak kawan berbuah juga ya, hehe :D kita dapet doorprize gitu deh, Alhamdulillah mukena baru :D

Setelah dari “Ajrina” meluncur ke Balairung Selatan buat jemput Mbak Fanny. Yap, hari ini kurcaci-kurcaci emosio akan berkunjung ke KPP Smart Syuhada’ untuk berbagi cerita mengenai suka duka pembuatan buku indie kami. Harapannya, semoga temen-temen di KPP jadi bersemangat juga untuk terus menulis dan berkarya. Pun dengan kami, smeoga lebih giat dan produktif lagi dalam menulis.

Setelah itu nganter Mbak Fanny ke kampus di Fakultas Teknik UGM. Baru pertama kali ini tau fakultas teknik itu yang mana. Tadi juga ditunjukin sama Mbak Fanny yang namanya Tugu Teknik. Besok aku tunjukin Tugu Teladan ya mbak, hehe *gambarnya doang sih :D

Habis itu galau, di sekolah ada Asian Day Festival. Aku pengen ikutan, nyari makanan :3 takoyaki, kimchi, ocha, pokonya memuaskan lidah. Tapi kok rasanya berat banget. Yaudah akhirnya terdiam beberapa saat di depan gerbang sebelum masuk. Ah, pulang aja deh, lagian masih banyak tugas yang belum kelar, hiks. Akhirnya kembali ke kos bersama Ruby tercinta dengan selamat. *melambai say good bye buat kimchi dan takoyaki T.T

Oya, tadi waktu baru mulai presentasi di Syuhada’ tiba-tiba papa telpon. Setelah ngobol lama, trus papa bilang “yaudah ya mbak, papa cuma kangen suaranya mbak aja.”
Hwaaaaa papaaaa T.T langsung mewek, tapi tengsin diliatin sama temen-temen KPP nanti. Hiks, sobat satu pulang ke Salatiga, yang satu juga ke Wonosari, jadi pengen pulang juga, hwaaaa L

Udah dulu ya, masih banyak catetan yang musti disalin nih *noh, rasain sering bolos.
See ya J


cinta yang menjadi

Assalamu'alaikum.
Arigatou gozaimasu mina-san :)
Alhamdulillah yah nisa bisa kembali hadir lagi disini. Setelah sekian lama vakum karena modemnya nggak keisi pulsa -____- hehe
Baiklah, saya akan mulai mebalas dendam *halah* \ memenuhi bog ini dengan postingan-postingan baru

Dimulai tentang POH, yang mana tulisan ini saya buat bermingg-minggu yang lalu setelah syuro yang menyenangkan itu (tumbenan)

***


Baru kali ini merasakan sebuah semangat yang sebenarnya sudah lama aku rindukan. Sudah lama menginginkan sebuah syuro yang ‘hidup’. Tidak melulu membahas program atau event-event. Tapi juga tanggap terhadap lingkungan sekitar kita. ACT!

Melihat si kecil ‘Emosio’ diantara tumpukan buku yang lain. Ah, aku pun punya mimpi untuk keluarga besarku yang satu ini. Untuk POH (Pelayan Oemat Harian).
Bersama-sama menghasilkan sebuah karya, yang sampulya bertuliskan,

“POH: Pada Harapan Setiap Orang yang Memandangnya”

Mungkin bisa berisikan kesan, pesan, saran, harapan, dan mimpi-mimpi dari semua anggota POH atau alumni POH. Dan tentunya menghadirkan orang-orang di luar POH, meminta pendapat dan pandangan mereka terhadap POH selama ini.

Bisa juga berisikan kumpulan cerita atau puisi yang kesemuanya berhubungan dengan POH. Misal cerita tentang bagaimana syuro POH, bagaimana program-program umumnya. Pastilah ada kejadian-kejadian menarik yang bsia di ceritakan selama GIAT, FSA, PTB Rohis, juga SAA yang tentunya dapat meneyentuh hati.

Ah, ini tentang secuil mimpi. Satu keping harapan yang terangkum untuk adik-adikku nanti.
Selama ini mungkin aku, kami-sesepuh POH ini-belum bisa memberikan ‘bekal’ dan contoh yang baik untuk adek-adek manis yang nantinya akan meneruskan perjuangan kami di POH.
Pengalaman saat menjadi anggota Departemen Internal (saat itu aku masih kelas X), yang aku rasakan saat menerima taklimat syuro’ adalah berusaha mencari alasan agar tidak bisa mengikuti syuro’ hari itu. (berusaha jujur)

Kenapa?
(flashback dulu ya)

Karena sedikit ‘kecewa’. Apa yang dulu aku harapkan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan di POH saat itu. Hubungan ikhwan akhwat yang sangat tidak harmonis. Meminjam kalimat Mas Isnan (Ro’is ‘Amm POH 2009) hubungan ikhwan akhwat itu, kalau nggak komunikasinya susah, ya VMJ. Dan saat itu yang dialami POH adalah masalah pertama. Betapa dulu ketika syuro selalu ada hawa-hawa yang ‘kurang enak’. Kadang tempat pensil atau botol minum pun ikut terlempar antara basecamp ikhwan dan akhwat yang terpisah tirai hijau itu (jangan ditiru!).

Tapi pada akhirnya aku tidak bisa menghindar. Mungkin karena aku dan hatiku sudah terpaut dengan POH (jiaaah). Pada akhirnya aku menyaksikan semua kejadian pada setiap syuro itu. Dan satu yang terlintas saat itu, tahun depan tidak boleh ada yang seperti ini (Padahal dulunya sudah berencana kalau kelas XI mau mundur dari POH saja).

Inginku memperlihatkan image baik POH di depan adek2 semua. biar nantinya ketika mereka kelas XI, mereka masih mau berjuang di POH (hehe). Tapi apa mau dikata, mereka pun bisa langsung menyaksikan bagaimana jungkir balik POH selama ini. Merekalah saksi perjuangan POH kami.

Dan, ketika amanah itu menubrukku.

Benar-benar saat itu berasa di tubrukin beban berkilo-kilo (lebay sih, tapi beneran gitu rasanya). Langsung 
tes..tes.. satu dua air mata keluar. Kemudian menguatkan hati untuk langsung menolak dan menyangkal dengan argumen-argumen andalanku. Tapi lama-lama semakin basah juga mata ini. Sampe-sampe diketawain sama temen-temen (dan mereka ternyata sudah tahu aku akan menerima amanah ini, hissh). Pada akhirnya aku ‘terpaksa’ menerima amanah ini. Yang benar-benar unpredictable. Seorang nisa gitu, jadi ra’isah? Apa kata dunia coba?
Masih inget kata temen waktu itu. “Kalo kamu jadi ra’isah ntar pasti syuro’nya sambil facial.” -______-

(balik lagi ke masa sekarang)

Dan sekarang, setelah kira-kira 7 bulan waktu berjalan, aku pun mencoba untuk ‘menerima’ amanah ini. Melihat adek-adekku yang semangatnya subhanallah sekali ini, aku jadi semakin ingin berjuang di POH ini. Mungkin bila tidak ada mereka, aku sudah mental, lari dari segala amanah ini. Sungguh.
Sudah terdengar klise sekali bahwa penyesalan itu selalu datang terakhir. Tapi aku tidak menyesal dengan semua yang ada sekarang. Bukan karena aku ra’isah sehingga tanggungjawabku lebih besar disini (mengkoordinir yang akhwat lah ya. Kalo yang paling gedhe emang big bossnya, si ro’is amm). Tapi karena kami adalah pelayan, sehingga kami pun bersama-sama bertanggungjawab untuk kelanjutan POH. Untuk kelanjutan dakwah di bumi teladan ini.

Dan, ketika kini, akhirnya banyak sekali mimpi-mimpi tentang POH.
Aku yakin nantinya mimpi itu akan menjadi sebuah kenyataan yang tak terlupakan. Karena sejatinya apa yang terjadi hari ini adalah mimpi kita yang lalu, dan mimpi kita hari ini adalah kenyataan yang akan datang.

Dan, entah kapan aku mulai mencintai POH. Tapi sekarang, aku mulai menikmati berjuang bersama dengan pelayan-pelayannya J