Senin, 14 Mei 2012

cinta yang menjadi

Assalamu'alaikum.
Arigatou gozaimasu mina-san :)
Alhamdulillah yah nisa bisa kembali hadir lagi disini. Setelah sekian lama vakum karena modemnya nggak keisi pulsa -____- hehe
Baiklah, saya akan mulai mebalas dendam *halah* \ memenuhi bog ini dengan postingan-postingan baru

Dimulai tentang POH, yang mana tulisan ini saya buat bermingg-minggu yang lalu setelah syuro yang menyenangkan itu (tumbenan)

***


Baru kali ini merasakan sebuah semangat yang sebenarnya sudah lama aku rindukan. Sudah lama menginginkan sebuah syuro yang ‘hidup’. Tidak melulu membahas program atau event-event. Tapi juga tanggap terhadap lingkungan sekitar kita. ACT!

Melihat si kecil ‘Emosio’ diantara tumpukan buku yang lain. Ah, aku pun punya mimpi untuk keluarga besarku yang satu ini. Untuk POH (Pelayan Oemat Harian).
Bersama-sama menghasilkan sebuah karya, yang sampulya bertuliskan,

“POH: Pada Harapan Setiap Orang yang Memandangnya”

Mungkin bisa berisikan kesan, pesan, saran, harapan, dan mimpi-mimpi dari semua anggota POH atau alumni POH. Dan tentunya menghadirkan orang-orang di luar POH, meminta pendapat dan pandangan mereka terhadap POH selama ini.

Bisa juga berisikan kumpulan cerita atau puisi yang kesemuanya berhubungan dengan POH. Misal cerita tentang bagaimana syuro POH, bagaimana program-program umumnya. Pastilah ada kejadian-kejadian menarik yang bsia di ceritakan selama GIAT, FSA, PTB Rohis, juga SAA yang tentunya dapat meneyentuh hati.

Ah, ini tentang secuil mimpi. Satu keping harapan yang terangkum untuk adik-adikku nanti.
Selama ini mungkin aku, kami-sesepuh POH ini-belum bisa memberikan ‘bekal’ dan contoh yang baik untuk adek-adek manis yang nantinya akan meneruskan perjuangan kami di POH.
Pengalaman saat menjadi anggota Departemen Internal (saat itu aku masih kelas X), yang aku rasakan saat menerima taklimat syuro’ adalah berusaha mencari alasan agar tidak bisa mengikuti syuro’ hari itu. (berusaha jujur)

Kenapa?
(flashback dulu ya)

Karena sedikit ‘kecewa’. Apa yang dulu aku harapkan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan di POH saat itu. Hubungan ikhwan akhwat yang sangat tidak harmonis. Meminjam kalimat Mas Isnan (Ro’is ‘Amm POH 2009) hubungan ikhwan akhwat itu, kalau nggak komunikasinya susah, ya VMJ. Dan saat itu yang dialami POH adalah masalah pertama. Betapa dulu ketika syuro selalu ada hawa-hawa yang ‘kurang enak’. Kadang tempat pensil atau botol minum pun ikut terlempar antara basecamp ikhwan dan akhwat yang terpisah tirai hijau itu (jangan ditiru!).

Tapi pada akhirnya aku tidak bisa menghindar. Mungkin karena aku dan hatiku sudah terpaut dengan POH (jiaaah). Pada akhirnya aku menyaksikan semua kejadian pada setiap syuro itu. Dan satu yang terlintas saat itu, tahun depan tidak boleh ada yang seperti ini (Padahal dulunya sudah berencana kalau kelas XI mau mundur dari POH saja).

Inginku memperlihatkan image baik POH di depan adek2 semua. biar nantinya ketika mereka kelas XI, mereka masih mau berjuang di POH (hehe). Tapi apa mau dikata, mereka pun bisa langsung menyaksikan bagaimana jungkir balik POH selama ini. Merekalah saksi perjuangan POH kami.

Dan, ketika amanah itu menubrukku.

Benar-benar saat itu berasa di tubrukin beban berkilo-kilo (lebay sih, tapi beneran gitu rasanya). Langsung 
tes..tes.. satu dua air mata keluar. Kemudian menguatkan hati untuk langsung menolak dan menyangkal dengan argumen-argumen andalanku. Tapi lama-lama semakin basah juga mata ini. Sampe-sampe diketawain sama temen-temen (dan mereka ternyata sudah tahu aku akan menerima amanah ini, hissh). Pada akhirnya aku ‘terpaksa’ menerima amanah ini. Yang benar-benar unpredictable. Seorang nisa gitu, jadi ra’isah? Apa kata dunia coba?
Masih inget kata temen waktu itu. “Kalo kamu jadi ra’isah ntar pasti syuro’nya sambil facial.” -______-

(balik lagi ke masa sekarang)

Dan sekarang, setelah kira-kira 7 bulan waktu berjalan, aku pun mencoba untuk ‘menerima’ amanah ini. Melihat adek-adekku yang semangatnya subhanallah sekali ini, aku jadi semakin ingin berjuang di POH ini. Mungkin bila tidak ada mereka, aku sudah mental, lari dari segala amanah ini. Sungguh.
Sudah terdengar klise sekali bahwa penyesalan itu selalu datang terakhir. Tapi aku tidak menyesal dengan semua yang ada sekarang. Bukan karena aku ra’isah sehingga tanggungjawabku lebih besar disini (mengkoordinir yang akhwat lah ya. Kalo yang paling gedhe emang big bossnya, si ro’is amm). Tapi karena kami adalah pelayan, sehingga kami pun bersama-sama bertanggungjawab untuk kelanjutan POH. Untuk kelanjutan dakwah di bumi teladan ini.

Dan, ketika kini, akhirnya banyak sekali mimpi-mimpi tentang POH.
Aku yakin nantinya mimpi itu akan menjadi sebuah kenyataan yang tak terlupakan. Karena sejatinya apa yang terjadi hari ini adalah mimpi kita yang lalu, dan mimpi kita hari ini adalah kenyataan yang akan datang.

Dan, entah kapan aku mulai mencintai POH. Tapi sekarang, aku mulai menikmati berjuang bersama dengan pelayan-pelayannya J






Tidak ada komentar:

Posting Komentar