Selasa, 21 Januari 2014

antara hidup dan mati

selasa yang lalu kabut membayangi setiap perjalanan kami. dari solo hingga jogja, gerimis tak kunjung reda. sampai di pantai pun gerimis masih setia menemani kami. dan tentulah kami menjadi pengunjung pertama dan satu-satunya di pagi hari itu.

"eh, lihat tuh ada nelayan yang mau melaut"
"yang bener aja, ombaknya gede banget loh, gerimis lagi"

di pantai depok itu memang tempat nelayan melaut, tempat penjualan ikan segar. enaknya kalau datang pagi memang bisa melihat kegiatan nelayan datang dan pulang dari melaut.

"itu perjuangan antara hidup dan mati lho mbak" tiba-tiba mama menimpali obrolan saya dan teman-teman.

melihat ombak yang besar, ditemani gerimis yang cukup deras, saya jadi berpikir banyak. dua awak nelayan di depan saya menaiki kapalnya. saya melihat dari mulai kapal di bibir pantai, mesin dinyalakan, hingga kapal itu bergerak mengikuti gulungan ombak. sepertinya saya bakal langsung mabuk laut kalau ikut naik di kapal itu. 

antara hidup dan mati. bener juga kata mama. kita ngga pernah tahu apa yang akan terjadi di laut itu bahkan satu detik kemudian. kita nggak pernah tahu dibalik tenangnya ombak apakah ada badai di depannya. kita nggak pernah tahu apakah ketika di tengah laut nanti ada ancaman hiu atau paus. kita nggak pernah tahu apakah ketika ditengah laut nanti tiba-tiba hujan deras dan kapal penuh terisi air. kita nggak pernah tahu apakah setelah kita meninggalkan daratan, kita bisa kembali lagi..

kita sering menikmati lezatnya ikan laut yang kita makan. tanpa pernah tahu untuk mendapatkan satu ekor ikan di laut itu butuh perjuangan hidup dan mati. dan hasilnya pun hanya sedikit, tidak sebanding dengan nyawa yang menjadi taruhannya.

adegan syahdu yang saya lihat juga dikala itu, ketika istri dan anak dari nelayan itu mengantarkan kepergian ayahnya sambil membawakan bekal. disini saya melihat sosok perempuan yang kuat, yang berani. ia juga tidak pernah tahu apakah suami, ayah dari anaknya itu, bisa kembali dan berkumpul dengannya lagi. ia tidak pernah tahu apakah raga suaminya itu akan bisa kembali memeluknya lagi. ia tidak pernah tahu, tapi ia ikhlas. ia pasrah apapun akan ketentuan Tuhan. yang ia yakini, suaminya menempuh jalan yang benar untuk mencari rizki, maka ia hanya bisa berdoa semoga Tuhan selalu menjaganya dari bahaya. 

kalau itu saya...mungkin saya tidak akan sanggup. saya tidak cukup kuat untuk kehilangan orang yang saya cintai. saya tidak cukup berani untuk kemudian melanjutkan hidup sendiri. 

saya...yang kata orang-orang itu seorang yang tangguh, seorang yang cukup kuat, ternyata lemah bila dihadapkan dengan satu hal: kehilangan. 

saya...yang kata orang-orang itu seorang yang berani, ternyata takut dan menjadi pengecut bila dihadapkan dengan satu hal: kehilangan.

padahal kehilangan itu satu hal yang pasti. padahal kehilangan itu suatu yang akan terjadi pada setiap orang. hanya saja waktunya kita tidak pernah tahu. 

ketika mungkin suatu saat di masa depan nanti sya kehilangan orang yang saya cintai, saya tahu hati saya akan hancur. saya tahu saya akan menangis diam-diam ketika malam hingga shubuh menjelang. saya tahu saya tidak akan menghapuskan memori tentangnya. saya tahu saya akan memandang fotonya lama di setiap pagi yang datang. saya tahu, hari-hari setelah saya kehilangannya, hari-hari saya yang tersisa, akan terpakai untuk mengingatnya, mendoakannya. tapi saya juga tahu saya akan bangkit dari kesedihan akan kehilangannya. saya akan bangkit meski saya tahu hidup tanpanya itu tak mudah.

tapi...ketika yang hilang itu iman di dalam hati...saya sungguh tidak akan pernah sanggup. saya tidak akan pernah tahu bagaimana hidup tanpa iman. mungkin, tanpa iman, tidak akan ada lagi kehidupan.
tanpa iman, tidak ada lagi kehidupan yang teratur, seimbang.
tanpa iman, tidak ada lagi kehidupan yang aman, damai.
tanpa iman, tidak ada lagi kehidupan menghidupi.
tanpa iman, kehidupan itu hanya bualan...

maka sekali lagi antara hidup dan mati, akankah iman kita menemani hingga akhir hayat? akankah kita menjaga iman kita hingga akhir hayat?



2 komentar:

  1. keren bgt sih tantee :')

    BalasHapus
  2. bisa banget nis disambungin. kok aku nyambungin ceritanya malah jd curhat. (TERUS KENAPA LO CURHAT MAN)

    BalasHapus