1 September 2012
Baru seminggu di kos, dan rasanya sudah rindu rumah.
Alhamdulillah, rindu itu terjawab dengan telepon dari mama pada Jum’at malam.
Mama bilang, besok Ahad mau ada acara di rumah. Dan dengan segenap kerelaan
hati aku menyanggupi untuk pulang walaupun hanya sebentar. Sabtu malam sampai,
ahad pagi balik lagi ke Jogja. Karna siangnya sudah ada acara lagi. Fyuuuh~
*ngelap dahi
Beruntung sekali dua jam pelajaran terakhir, yakni PKn
kosong. Akhirnya bisa pulang ke kos dan menyiapkan perbekalan, yang aslinya
cuma satu tas ransel berisi mushaf, novel, dompet, handphone, dan sebotol air
minum.
Ba’da ashar berangkat ke Stasiun Tugu dengan “Beat” merah
kesayanganku. Menitipkan motor, antri tiket, dan menunggu. Jarum pendek di
tangan kiriku menunjukkan angka tiga, sedang jarum panjangnya ada di angka
empat. 15.20. Sedang keretaku berangkat jam 16.15. Kurang lebih satu jam aku menunggu.
Rupanya si Prameks Kuning itu ingin menguji kesabaranku.
Pukul 16.15 tepat, ia tak datang juga. Kepalaku dan penumpang lainnya
melongok-longok ke ujung rel kereta api, menantikan gerbong kuning terlihat.
Baru sekitar pukul 16.30 si Kuning datang. Aku pun masuk ke gerbong yang berada
pas di depanku. Penuh, sesak sekali. Berdiri saja susah, apalagi duduk.
Beginilah nasib pelanggan setia prameks, bertaun-taun naik prameks, kesempatan
dapet tempat duduk dan duduk dengan nyaman di kereta bisa dihitung jari.
Fyuuuh~
Tidak hanya ini, entah karena kendala apa, si Prameks ini
berhenti lama sekali di Stasiun Tugu dan Lempuyangan. Kurang lebih jam 17.00
barulah kereta meninggalkan wilayah Jogja, menuju Stasiun Maguwo, Klaten, baru
kemudian Purwosari, tujuanku.
Sampai di Maguwo kira2 jam 17.15, papa sms kalau sudah di
stasiun Purwosari, menjemputku. Jadi merasa bersalah sama papa, membuat papa
menunggu lama sekali disana. Dan benar saja, kereta yang kutumpangi baru sampai
Purwosari kira-kira pukul 18.00. segera aku keluar tergesa menghampiri papa.
Alhamdulillah, senang rasanya bertemu papa lagi. Segera aku naik dalam
boncengannya. Tidak seperti biasa yang kalau dibonceng papa selalu duduk
menyamping, kali ini aku melangkahkan kakiku melewati jok motor. Capek juga
rasanya berdiri di kereta yang penuh sesak hampir satu jam.
Kecepatan mengendarai motor papa yang diatas rata-rata membuatku
melingkarkan tanganku pada pinggang kurus papa. Aku mendekap pinggang papa
erat, antara takut dan rindu. Dengan badan yang sedikit lelah, aku menempelkan
kepalaku pada pundak papa. Pundak laki-laki nomor satu-ku di dunia.
Lain waktu akan kuceritakan tentang papa, sosok paling dekat
yang sangat menginspirasiku. Sosok laki-laki yang paling aku cintai dimanapun
dan kapanpun.
Tapi kali ini aku harus membantu mama dulu di dapur,
menyiapkan makanan untuk acara besok pagi.
Selamat malam, semoga besok Allah masih mengizinkan kita
bertemu lagi. Amiin J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar