Seperti biasa aku berlari didalam gerbong
Mencari-cari tempat duduk yang tersisa
Tapi seperti biasa tempat duduk itu selalu penuh
Ah, tak apa, aku bisa bersandar pada tiang di samping pintu,
seperti biasa
Seperti biasa pula ketika kereta mulai berjalan
Pintu yang sebagiannya terbuat dari kaca itu,
pemandangan diluarnya begitu menakjubkan
Melihat sawah-sawah yang seolah berjalan
Pohon-pohon yang seakan melambai
Dan capung-capung yang seperti menari
Mungkin bagimu itu biasa, kawan
Tapi bagiku seolah kembali pada hamparan masa kecilku
Ketika masih belepotan lumpur di sawah yang baru ditanam
Ketika mengejar capung, kupu, hingga layang-layang
Pun ketika memanjat pohon buah jambu yang masak
Mungkin bagimu itu sederhana, kawan
Tapi bagiku itulah harta karun
Karena bagaimanapun aku berusaha mengingatnya,
semuanya itu tidak akan pernah kembali lagi
Seberapa inginnya aku kembali pada masa itu
Tidaklah mugkin
Seperti biasa, hanya menyimpannya pada kotak kayu tuaku
Seperti biasa, ketika sedang asyik bermain dengan masa
lampau
Peluit kereta api mengganggu
Menyuruhku untuk segera keluar
Meninggalkan satu lagi cerita, yang akan selalu sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar