Arigatou gozaimasu mina-san :)
Alhamdulillah yah nisa bisa kembali hadir lagi disini. Setelah sekian lama vakum karena modemnya nggak keisi pulsa -____- hehe
Baiklah, saya akan mulai mebalas dendam *halah* \ memenuhi bog ini dengan postingan-postingan baru
Dimulai tentang POH, yang mana tulisan ini saya buat bermingg-minggu yang lalu setelah syuro yang menyenangkan itu (tumbenan)
***
Baru kali ini merasakan sebuah semangat yang sebenarnya
sudah lama aku rindukan. Sudah lama menginginkan sebuah syuro yang ‘hidup’.
Tidak melulu membahas program atau event-event. Tapi juga tanggap terhadap
lingkungan sekitar kita. ACT!
Melihat si kecil ‘Emosio’ diantara tumpukan buku yang lain.
Ah, aku pun punya mimpi untuk keluarga besarku yang satu ini. Untuk POH
(Pelayan Oemat Harian).
Bersama-sama menghasilkan sebuah karya, yang sampulya
bertuliskan,
“POH: Pada Harapan Setiap Orang yang Memandangnya”
Mungkin bisa berisikan kesan, pesan, saran, harapan, dan
mimpi-mimpi dari semua anggota POH atau alumni POH. Dan tentunya menghadirkan
orang-orang di luar POH, meminta pendapat dan pandangan mereka terhadap POH
selama ini.
Bisa juga berisikan kumpulan cerita atau puisi yang
kesemuanya berhubungan dengan POH. Misal cerita tentang bagaimana syuro POH,
bagaimana program-program umumnya. Pastilah ada kejadian-kejadian menarik yang
bsia di ceritakan selama GIAT, FSA, PTB Rohis, juga SAA yang tentunya dapat meneyentuh
hati.
Ah, ini tentang secuil mimpi. Satu keping harapan yang
terangkum untuk adik-adikku nanti.
Selama ini mungkin aku, kami-sesepuh POH ini-belum bisa
memberikan ‘bekal’ dan contoh yang baik untuk adek-adek manis yang nantinya
akan meneruskan perjuangan kami di POH.
Pengalaman saat menjadi anggota Departemen Internal (saat
itu aku masih kelas X), yang aku rasakan saat menerima taklimat syuro’ adalah
berusaha mencari alasan agar tidak bisa mengikuti syuro’ hari itu. (berusaha
jujur)
Kenapa?
(flashback dulu ya)
Karena sedikit ‘kecewa’. Apa yang dulu aku harapkan ternyata
tidak sesuai dengan kenyataan di POH saat itu. Hubungan ikhwan akhwat yang
sangat tidak harmonis. Meminjam kalimat Mas Isnan (Ro’is ‘Amm POH 2009)
hubungan ikhwan akhwat itu, kalau nggak komunikasinya susah, ya VMJ. Dan saat
itu yang dialami POH adalah masalah pertama. Betapa dulu ketika syuro selalu
ada hawa-hawa yang ‘kurang enak’. Kadang tempat pensil atau botol minum pun
ikut terlempar antara basecamp ikhwan dan akhwat yang terpisah tirai hijau itu
(jangan ditiru!).
Tapi pada akhirnya aku tidak bisa menghindar. Mungkin karena
aku dan hatiku sudah terpaut dengan POH (jiaaah). Pada akhirnya aku menyaksikan
semua kejadian pada setiap syuro itu. Dan satu yang terlintas saat itu, tahun
depan tidak boleh ada yang seperti ini (Padahal dulunya sudah berencana kalau
kelas XI mau mundur dari POH saja).
Inginku memperlihatkan image baik POH di depan adek2 semua.
biar nantinya ketika mereka kelas XI, mereka masih mau berjuang di POH (hehe).
Tapi apa mau dikata, mereka pun bisa langsung menyaksikan bagaimana jungkir
balik POH selama ini. Merekalah saksi perjuangan POH kami.
Dan, ketika amanah itu menubrukku.
Benar-benar saat itu berasa di tubrukin beban berkilo-kilo
(lebay sih, tapi beneran gitu rasanya). Langsung
tes..tes.. satu dua air mata
keluar. Kemudian menguatkan hati untuk langsung menolak dan menyangkal dengan
argumen-argumen andalanku. Tapi lama-lama semakin basah juga mata ini.
Sampe-sampe diketawain sama temen-temen (dan mereka ternyata sudah tahu aku
akan menerima amanah ini, hissh). Pada akhirnya aku ‘terpaksa’ menerima amanah
ini. Yang benar-benar unpredictable. Seorang nisa gitu, jadi ra’isah? Apa kata
dunia coba?
Masih inget kata temen waktu itu. “Kalo kamu jadi ra’isah
ntar pasti syuro’nya sambil facial.” -______-
(balik lagi ke masa sekarang)
Dan sekarang, setelah kira-kira 7 bulan waktu berjalan, aku
pun mencoba untuk ‘menerima’ amanah ini. Melihat adek-adekku yang semangatnya
subhanallah sekali ini, aku jadi semakin ingin berjuang di POH ini. Mungkin
bila tidak ada mereka, aku sudah mental, lari dari segala amanah ini. Sungguh.
Sudah terdengar klise sekali bahwa penyesalan itu selalu
datang terakhir. Tapi aku tidak menyesal dengan semua yang ada sekarang. Bukan
karena aku ra’isah sehingga tanggungjawabku lebih besar disini (mengkoordinir
yang akhwat lah ya. Kalo yang paling gedhe emang big bossnya, si ro’is amm).
Tapi karena kami adalah pelayan, sehingga kami pun bersama-sama
bertanggungjawab untuk kelanjutan POH. Untuk kelanjutan dakwah di bumi teladan
ini.
Dan, ketika kini, akhirnya banyak sekali mimpi-mimpi tentang
POH.
Aku yakin nantinya mimpi itu akan menjadi sebuah kenyataan
yang tak terlupakan. Karena sejatinya apa yang terjadi hari ini adalah mimpi
kita yang lalu, dan mimpi kita hari ini adalah kenyataan yang akan datang.
Dan, entah kapan aku mulai mencintai POH. Tapi sekarang, aku
mulai menikmati berjuang bersama dengan pelayan-pelayannya J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar