Malam setelah pertemuan kita, langit seolah ingin
mencurahkan segala perasaanku. Rintik-rintik hujan menembus batas langit dan
akhirnya jatuh di atas atapku. Bagaimana dengan atapmu? Terguyur derasnya hujan
juga kah? :)
Hujan malam ini terdengar begitu syahdu untukku. Ia sedang
menceritakan banyak hal padaku. Iramanya, baunya, dingin airnya, semuanya
menarik. Sama seperti dirimu. Bagiku tak ada satupun darimu yang tidak menarik
perhatianku.
Rintik diluar sana masih menjadi senandung pengiring
tidurku. Tapi mata ini sungguh tak mau terpejam. Buliran air diluar sana seolah
sedang merekam senyummu yang kemudian akan menari-nari ketika mataku tertutup.
Aku…sungguh amat takut untuk melihatmu lagi. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Aku
hanya tidak ingin hidup di alam mimpi, membayangkan saat kau masih bersamaku.
Udara dingin menyeruak membuatku menggigil. Tapi kau tahu
ada yang lebih dingin dari udara malam ini. Hatimu. Aku beri tahu, hatimu itu
mungkin sedingin es di kutub utara. Dan dulu, aku selalu bisa menjadikan
bongkahan es dalam hatimu itu perlahan meleleh. Sayangnya itu dulu…
Ah, aku tidak bisa lagi melanjutkan tulisan ini, maafkan.
Karena segala tentangmu sepertinya tak pantas untuk tertulis disini. Segala
tentangmu telah kubiarkan pergi bersama hujan malam ini. Selamat tinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar